Pustaka Pertanyaan
Cahaya bergerak dengan kecepatan terbatas, 300.000 km/detik sehingga membutuhkan waktu untuk tiba di lokasi pengamat. Jarak objek astronomi tidak dapat dikatakan dekat bahkan sangat jauh untuk bahkan cahaya sekalipun memerlukan waktu yang jedanya dapat dirasakan. Bintang terdekat setelah Matahari, yaitu Proxima Centauri terletak sejauh 1,5 milyar milyar km sehingga perlu waktu 4.2 tahun supaya cahayanya sampai ke Bumi.
Sebenarnya tidak ada yang tahu kapan sebuah bintang akan mengalami supernova (baik supernova akibat evolusi bintang, maupun karena bintang ganda). Sebelum cahaya visual supernova sampai ke Bumi, sinar gamma-nya sampai lebih dulu ke Bumi sehingga bisa dijadikan sebagai "pertanda" bahwa sebuah supernova sudah terjadi.
Untuk mengukur intensitas cahaya, diperlukan sebuah kamera khusus dengan teknologi CCD/CMOS, sedangkan usia bintang biasanya diketahui dengan simulasi komputer, berdasarkan pengetahuan tentang komposisi kimia sebuah bintang.
Nebula merupakan bahan dasar pembentukan bintang, atau tempat lahirnya bintang-bintang. Rasi bintang sebenarnya hanya pola yang tampak di langit, yang bintang-bintangnya belum tentu berdekatan secara fisik. Jadi, bisa dikatakan tidak ada pengaruh langsung antara nebula dengan rasi bintang.
Warna hijau hanya menempati tempat yang sempit sekali dalam spektrum sebuah bintang, jadi dominasinya bisa dikatakan kalah dengan warna merah, kuning, dan biru. Singkatnya, bintang warna hijau tidak ada karena kalah dominasi dari warna lain dari spektrum bintang tersebut.
Selama bintangnya masih berjarak sangat jauh dari kita, tidak akan ada dampak untuk kita yang ada di Bumi. Betelgeuse adalah salah satu bintang yang lebih dekat ke kita dibandingkan bintang-bintang lainnya; jika ia meledak pun, dampak bagi kita hanyalah kita melihat Betelgeuse (atau supernova-nya) menjadi sangat terang di langit, bahkan bisa terlihat di siang hari dan hampir seterang Bulan purnama, selama beberapa minggu.
Sangat mungkin, karena pada akhirnya kita harus menunggu informasi itu sampai pada kita. Kecepatan cahaya terbatas sehingga membutuhkan waktu baginya untuk menyampaikan informasi kepada kita yang ada di Bumi.
Matahari tidak memiliki massa yang cukup untuk meledak menjadi sebuah supernova.
Tidak semua bintang mengalami supernova. Supernova dialami oleh bintang-bintang bermassa lebih dari 15 kali massa Matahari.
Sejauh ini Betelgeuse diketahui merupakan bintang tunggal. Betelgeuse saat ini merupakan bintang yang sudah berada di tahap evolusi lanjut (baca: sudah tua). Salah satu ciri khas bintang berevolusi lanjut adalah tubuhnya mengembang. Betelgeuse juga sedang berada dalam fase variabel sehingga tubuhnya menyusut dan mengembang secara berkala.
Tak ubahnya siklus air di Bumi, awan dan debu antarbintang juga mengalami daur atau siklus yang serupa. Bintang terbentuk dari awan dan debu. Karena bintang berevolusi, suatu saat bintang tersebut akan meledak memuntahkan material (awan dan debu) yang lebih kaya ke seluruh penjuru alam semesta. Materi yang lebih kaya ini menjadi unsur pembentuk bintang-bintang generasi berikutnya, begitu seterusnya sebagai sebuah siklus.
Secara kasat mata, bintang tunggal dan bintang ganda sulit untuk dibedakan. Astronom dapat mengetahui hal tersebut menggunakan alat bantu seperti teleskop atau menggunakan teknik spektroskopi.
Warna dari bintang bergantung pada temperaturnya. Bintang yang sangat panas memancarkan cahaya berwarna biru, sedangkan bintang yang lebih dingin memancarkan cahaya berwarna merah. Sebagai contoh, Spica (temperatur sekitar 25.000 Kelvin) memancarkan cahaya berwarna biru, sedangkan Betelgeuse (temperatur sekitar 3.500 Kelvin) memancarkan cahaya berwarna merah.
Ada dua penyebab nebula memiliki warna yang berbeda-beda. Pertama adalah akibat unsur penyusunnya. Sebagai contoh, nebula yang tersusun oleh hidrogen akan terlihat kemerahan sementara nebula yang memiliki oksigen terionisasi dua kali akan berwarna kehijauan. Penyebab kedua adalah perbedaan jenis nebula. Nebula emisi, yakni nebula dengan gas yang terpanaskan oleh bintang di sekitarnya, mayoritas berwarna kemerahan. Nebula refleksi yang bersifat memantulkan cahaya bintang di sekelilingnya berwarna kebiruan. Nebula gelap berwarna kehitaman karena bersifat tidak tembus cahaya.
Supernova adalah ledakan bintang akibat inti yang telah kehabisan bahan bakar fusi nuklir dan runtuh oleh gravitasinya sendiri. Massa minimum bintang untuk mengalami supernova tipe II adalah 8 hingga 15 kali massa Matahari. Sisa dari peristiwa ini adalah bintang neutron dan lubang hitam yang pembentukannya sangat bergantung massa awal bintang yang meledak tersebut.
Bintang lahir secara bersamaan dari sebuah awan gas yang disebut dengan nebula. Karena jumlah bintang yang lahir bersama sangat banyak, simulasi yang dilakukan oleh astronom menunjukkan bahwa seharusnya, sebagian besar bintang yang lahir adalah bintang ganda. Bintang ganda adalah sesuatu yang wajar, sebaliknya bintang tunggal adalah kasus yang tidak umum.
Ledakan sebuah bintang menghasilkan cahaya, partikel energi tinggi, maupun gelombang gravitasi. Cahaya tentunya akan sampai ke Bumi cukup lama setelah ledakan karena kecepatannya terbatas, namun lain halnya dengan gelombang gravitasi. Gelombang gravitasi dapat dideteksi di Bumi spontan setelah ledakan terjadi.
Ledakan Sirius B dapat menghancurkan dan/atau melontarkan Sirius A keluar dari sistem bintang ganda tersebut.
Kilonova merupakan peristiwa yang terjadi ketika dua buah bintang neutron atau lubang hitam mengalami penggabungan (merger). Ketika terjadi, kilonova menghasilkan radiasi sinar gamma yang sangat kuat walaupun tidak secerlang supernova. Seperti supernova, kilonova juga akan menghancurkan lingkungan sekitarnya sejauh yang dapat dicapai oleh radiasinya.
Antares, Betelgeuse, dan VY Canis Majoris adalah bintang-bintang bermassa besar. Ketika sudah tidak dapat melakukan reaksi fusi lagi, selubung luar bintang akan runtuh dan jatuh ke inti. Karena selubung luar ini memiliki massa yang cukup besar dan terdiri atas berbagai macam unsur, proses terbakarnya unsur-unsur ini ketika jatuh ke inti akan menimbulkan "ledakan" yang sering disebut sebagai supernova.
Dugaan yang ada saat ini adalah bahwa supernova yang terjadi di galaksi kita umumnya terhalang oleh gas dan debu antar bintang sehingga menyulitkan deteksi. Selain itu, astronom masih belum dapat mengetahui kapan sebuah bintang akan mengalami supernova sehingga bisa saja ada yang terlewatkan meskipun saat ini sudah mulai banyak misi yang didedikasikan untuk pengamatan dengan mode scanning seluruh langit.
Penyebab anomali kecerlangan cahaya betelgeuse itu diduga berasal dari sebagian material Betelgeuse yang terlempar dan mendingin menjadi debu. Debu tersebut menghalangi cahaya Betelgeuse sesaat dan kemudian menjadi terang kembali setelah material tersebut berlalu.
Semua bintang akan habis bahan bakarnya pada suatu saat, sehingga benar, bahkan bintang terbesar pun bahan bakarnya akan habis. Perbedaan lama waktu habis bahan bakar pada suatu bintang bergantung pada massanya; semakin besar massa sebuah bintang, maka semakin cepat bahan bakarnya akan habis.
Rata-rata anggota gugus bola adalah bintang-bintang yang tua, yang sudah tidak lagi memiliki materi antar bintang di sekitarnya dan sudah berevolusi lanjut. Bintang-bintang tua ini biasanya disebut sebagai bintang populasi II yg menjadi ciri khas anggota gugus bola.
Matahari tidak termasuk ke dalam sebuah gugus bintang.
Bintang terbentuk dari nebula. Singkatnya, jika ada gangguan, nebula tersebut akan memampat, dan jika massanya cukup, akan terbentuk reaksi nuklir di pusatnya dan mulai "menyala" sebagai bintang. Bentuk bintang mayoritas bulat, kecuali jika bintang itu mendapat gangguan dari bintang lain (bisa terdistorsi bentuknya, tidak lagi bulat).
Bintang tampak berkelip-kelip karena adanya atmosfer. Udara di atmosfer kita itu bergerak dan memiliki turbulensi sehingga menyebabkan cahaya dari bintang tidak bergerak lurus namun berkelok-kelok. Saat mencapai mata, kesan kita adalah kelip-kelip.
Metode penamaan bintang yang baru disurvei akan mengikuti penamaan yang diatur untuk survei tersebut. Penamaan-penamaan tersebut akan unik untuk tiap survei. Sebagai contoh, survei Hipparcos menggunakan awalan HIP yang diikuti angka unik sebagai identifikasi bintang. Kemudian, nama bintang tidak menggunakan nama orang sebagai pengidentifikasinya, kecuali sejumlah kecil bintang yang dikaitkan dengan astronom penelitinya, contohnya bintang Barnard, meskipun nama-nama tersebut bukan nama resmi. IAU sendiri tidak memiliki konvensi/peraturan penamaan bintang dengan nama orang.
Setiap bintang mengalami evolusi dari kelahiran hingga kematian. Besarnya massa bintang saat dia lahir menetukan jejak evolusinya dan cara bintang tersebut mengakhiri hidup. Akhir kehidupan bintang terjadi ketika bintang tersebut sudah tidak dapat menghasilkan energi. Umumnya pada akhir kehidupan bintang, bintang akan melontarkan sebagian besar massanya ke lingkungan sekitar, sebagai bahan baku pembentukan bintang baru.
Bintang-bintang yang berada dalam satu gugus yang sama saling terikat oleh gravitasi. Seringkali ditemsukan bintang biner yang saling mengikat satu sama lain pada gugus bintang.
Karena jarak bintang-bintang sangat jauh dari Bumi, maka Bumi tidak akan mengalami pengaruh secara langsung akibat peristiwa ledakan dari sebuah bintang pada akhir hidupnya. Namun, manusia/pengamat di Bumi akan mendapati terpaan energi dari bintang yang meledak tersebut, mulai dari sinar elektromagnetik, partikel-partikel, hingga gelombang gravitasi, semuanya penting bagi manusia untuk diteliti lebih lanjut untuk menguak misteri-misteri di alam semesta.
Rasi bintang adalah hasil imajiinasi dan kreativitas manusia yang mencoba menghubungkan beragam bintang yang sebenarnya terpisah jauh menjadi pola yang dikenali, sementara gugus bintang merupakan sekumpulan bintang yang terikat secara gravitasional dengan satu sama lain. Ukuran mereka juga berbeda bila dilihat dari Bumi, rasi mencakup area yang luas di langit ketimbang gugus bintang yang terlihat kecil seperti noktah buram di langit.
Benar, bintang-bintang melewati riwayat hidup seperti kita, bintang-bintang lahir, berkembang, kemudian mati. Akhir hidup bintang ditentukan oleh massanya. Bintang-bintang bermassa besar memiliki umur relatif pendek dan akan berakhir menjadi black hole, sementara itu bintang-bintang yang lebih kecil memiliki umur yang lebih panjang dan biasanya akan berakhir menjadi bintang katai putih.
Benar, bintang terlahir dari sebuah nebula dan akan berada di nebula tempat bintang tersebut dilahirkan. Hal ini bisa dilihat dari bintang-bintang dan nebula dalam sebuah gugus terbuka. Namun, dalam kasus-kasus tertentu sebuah bintang dapat terlontar dari nebula atau gugus tempat bintang tersebut dilahirkan, seperti yang diduga terjadi pada Matahari kita.
Beberapa bintang di langit malam mirip dengan Matahari. Ada pula bintang yang lebih besar maupun lebih kecil, yang lebih terang maupun lebih redup. Alasan mengapa bintang selain Matahari hanya bisa terlihat di malam hari yaitu karena di siang hari Matahari bersinar sangat terang dan cahaya dari bintang lain kalah dengan sinar Matahari. Sedangkan di malam hari langit lebih gelap dan bintang yang lain dapat terlihat dengan jelas. Dan betul, karena jarak yang sangat jauh, bintang yang nyatanya lebih terang dari Matahari pun tidak dapat dilihat di siang hari karena kalah oleh Matahari yang jaraknya dekat dengan kita.
Matahari kita termasuk ke dalam bintang bermassa rendah. Bintang bermassa rendah merupakan bintang-bintang dengan massa lebih kecil daripada Matahari sampai kira-kira dua kali massa Matahari. Bintang bermassa lebih dari dua kali massa Matahari hingga delapan massa Matahari digolongkan ke dalam bintang bermassa menengah. Lebih dari itu tergolong ke dalam bintang bermassa besar. Yang menarik, batas massa tertinggi yang bisa dimiliki oleh bintang adalah berkisar 150-200 kali massa Matahari, jika bintang melebihi massa tersebut bintang akan tercerai-berai.
Sirius bukan merupakan bagian dari gugus bintang, melainkan bagian dari sisem bintang ganda. Terkait ini, sebenarnya ada gugus bintang yang terlihat di dekat Sirius, yakni gugus terbuka Messier 41 yang letaknya di selatan bintang Sirius dan sama-sama berada di rasi Canis Major.
Bintang tampak berkelap-kelip karena kondisi atmosfer Bumi. Bintang ada yang berubah ukuran sesuai evolusinya, tetapi tidak berkelap-kelip.
Sejauh ini unsur-unsur yang diyakini dapat dibentuk dari evolusi bintang maupun peristiwa supernovae dan hypernovae merupakan unsur-unsur yang kita kenal pada tabel periodik. Hanya saja kadang unsur yang sangat jarang ditemsukan di Bumi justru dapat terdeteksi dari peristiwa supernovae.
Jika sebuah benda memiliki massa, maka benda tersebut pasti memiliki gravitasi. Tanpa harus terikat oleh sebuah galaksi, sebuah bintang sudah pasti memiliki gravitasinya sendiri karena ia memiliki massa. Bahkan sebuah serpihan asteroid memiliki gravitasinya sendiri karena massanya, walaupun gravitasinya tidak besar.
Kerlipan bintang biasa akibat pengaruh atmosfer Bumi terjadi dalam rentang waktu yang jauh lebih singkat dibanding akibat denyutan (variabilitas) bintang. Kerlipan bintang terjadi dalam orde detik, sedangkan variabilitas bintang terjadi dalam orde jam hingga harian. Oleh karena itu, astronom, ketika melakukan pengamatan bintang variabel, telah memasukkan faktor perngaruh atmosfer sehingga informasi yang diperoleh murni berasal dari bintang.
Sederhananya, sebuah bintang dianggap variabel jika magnitudo (kecerlangan) bintang tersebut berfluktuasi/nampak berubah-ubah dari sudut pandang kita di Bumi. Perubahan ini dapat terjadi selama bertahun-tahun atau hanya hitungan jam. Penyebab perubahan kecerlangannya dapat disebabkan oleh proses fisis di dalam/di permukaan bintang, maupun disebabkan oleh kejadian di luar bintang yang tidak mempengaruhi sifat bintang secara langsung. Dan tentu, jika seorang astronom menemukan sebuah bintang variabel baru, penemuan tersebut dapat dipublikasikan dan dicatat.
Sistem yang berbeda antara satu supernova/nova dengan supernova/nova lainnya mempengaruhi bentuk ledakan yang tampak. Selain itu, perbedaan "usia" ledakan juga bisa menjadi penyebab rupa yang berbeda dari sisa ledakan supernova/nova. Supernova yang terjadi lebih dahulu atau "lebih tua" akan tampak lebih membaur "diffused" dengan ruang antarbintang, sedangkan sisa ledakan yang "baru" bentuknya akan lebih tegas.
Hal pertama yang membuat orang mengenali nova, supernova, atau bintang variable adalah perubahan kecerlangannya yang bukan karena kondisi atmosfer Bumi. Maka memang harus diamati berulang kali untuk selang waktu yang panjang (dimonitor). Untuk bintang variable dan nova yang berulang, penting untuk punya data yang telah diperoleh dalam selang waktu panjang agar dapat dibandingkan, dan dilihat pola perubahannya.
Bintang besar memang memiliki gravitasi yang besar tetapi bukan berarti akan terdapat banyak planet di sekitarnya karena bisa saja material pembentuk planet tidak banyak tersedia di sekitar bintang.
Mungkin sekali terbentuk sebuah objek baru setelah supernova. Supernova merupakan akhir hayat dari sebuah bintang bermassa besar. Setelah mengalami supernova, bintang tersebut akan meninggalkan sisa berbentuk bintang neutron atau lubang hitam. Bintang neutron atau lubang hitam sering disebut dengan bintang mati atau "jasad bintang" karena tidak lagi mengalami fusi nuklir di intinya.
Secara umum, jarak antar bintang sangat jauh sehingga kemungkinannya sangat rendah untuk bintang saling bertabrakan. Tetapi di beberapa tempat, terutama di gugus bola, bintang-bintang dapat berkumpul bersama jauh lebih rapat dan mungkin bertabrakan satu sama lain. Selain itu, di alam semesta juga terdapat sistem bintang biner kontak yang komponen bintangnya sangat dekat sehingga saling bersentuhan atau bergabung untuk berbagi selubung gas. Contoh kasusnya, pada tahun 2008, teramati sebuah tabrakan/penggabungan bintang biner kontak di rasi Scorpius (V1309 Scorpii) dan menyebabkan sebuah ledakan.
Bintang katai putih memiliki gravitasi yang besar karena memiliki massa sekitar ~1 massa Matahari namun diameternya hanya sebesar Bumi kita. 1 sendok materi bintang katai putih memiliki berat setara 1 ton di Bumi. Materi yang ditransfer oleh bintang pasangannya ke permukaan bintang katai putih akan mendapatkan tekanan yang amat besar. Jika suatu materi diberi tekanan yang besar, maka temperaturnya akan meningkat. Pada suatu titik, temperaturnya akan cukup tinggi untuk memulai fusi nuklir Hidrogen di permukaan bintang katai putih tersebut.
Waktu persis kapan sebuah bintang akan mengalami supernova tidak bisa dipastikan, karena bergantung dengan proses di interiornya dan/atau bergantung mekanisme transfer massa pasangannya (jika supernova tersebut terjadi di bintang ganda). Saat supernova terjadi, biasanya sinar gamma akan terlebih dahulu dipancarkan, bahkan sebelum terang obyek tersebut berubah, sehingga sinar gamma ini bisa dijadikan sebagai "alert" atau "early warning system" bahwa sebuah supernova sedang terjadi.
Bintang mengalami perubahan kecerlangan cahaya bisa disebabkan oleh beberapa hal, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab intrinsik misalnya ada mekanisme pembakaran nuklir baru yang terjadi, sehingga energi dari dalam bintang bertambah, sehingga ukuran bintang sesaat membesar dan terangnya bertambah. Sebab ekstrinsik misalnya jika bintang tersebut ditutupi oleh pasangannya, terjadi di sistem bintang ganda ataupun mengalamin transfer massa dari bintang pasangannya. Jika bintang tersebut dilimpahi massa dari pasangannya, maka ada batas tertentu sedemikian sehingga jika massa bintang tersebut lebih dari massa tersebut, maka bintang itu akan runtuh dan mengalami supernova. Batas massa ini biasa disebut sebagai batas massa Chandrasekhar.
Peristiwa supernova bisa menyisakan inti bintang tersebut, yang kemudian kita sebut dengan bintang neutron. Namun untuk kasus yang ekstrim, yaitu bintang-bintang yang amat sangat besar sekali massanya, diperkirakan bintang akan sepenuhnya "buyar".
Tidak ada yang tahu kapan sebuah supernova terjadi, karena peristiwa tersebut baru bisa diketahui dari Bumi saat ada perubahan kecerlangan secara visual (yang sebelumnya biasanya didahului oleh semburan sinar gamma). Secara statistik, supernova di galaksi kita terjadi kira-kira setiap 50 tahun sekali.
Planet akan mengitari bintang induknya. Saat planet berada di depan bintang induknya, kecerlangan bintang yang teramati akan berkurang, meski sangat kecil. Ingat, bahwa ukuran planet jauh lebih kecil dibandingkan bintangnya. Saat mengamati sistem keplanetan, seolah-olah kita mengamati lampu mercusuar yang sedang dilewati oleh nyamuk
Bintang Aldebaran posisinya di langit berada di rasi Taurus (Sang Banteng), yang posisi tepatnya berada di bagian "kepala" Taurus. Bintang ini berwarna merah dan cukup terang, yaitu dengan magnitudo 0.85. Sebagai panduan pengamatan, bintang ini berada di sebelah utara rasi Orion (Sang Pemburu). Malam ini, bintang ini dapat dilihat setelah terbitnya sekitar mulai pukul 22.00 WIB.
Di area Crab Nebula ada bintang sisa ledakan supernova. Bintangnya berupa bintang neutron: bintang yang teramat kompak, padat, dan bergasing dengan amat cepat, dan mengeluarkan jet dari kutub-kutubnya. Karena bergasing, seperti mercu suar; secara teratur cahaya jetnya akan menuju ke kita, dan kita melihatnya seperti bintang yang terang-redup atau berpulsasi dengan cepat sekali. Sehingga bintang neutron ini dikenal sebagai pulsar. Dalam hal ini disebut Crab Pulsar.
Bergantung pada kecepatan melompatnya. Jika kecepatan melompat kita jauh lebih tinggi daripada kecepatan lepas (yang bergantung pada kekuatan gravitasi Bumi), maka ia bisa bebas meninggalkan permukaan Bumi dan tak jatuh lagi. Itu yang diupayakan oleh roket-roket yang keluar angkasa. Karena manusia tidak bertenaga setinggi itu, maka manusia hanya bisa melompat rendah saja dan jatuh lagi ke permukaan Bumi.
Pada dasarnya penelitian-penelitian dari bidang lain, seperti biologi, kimia, geologi dan masih banyak lagi memberikan referensi mengenai biomarker atau lingkungan yang bisa menjadi tempat suatu "organisme" itu hidup. Dari sisi geologi, penentuan umur batuan yang berkorelasi dengan waktu hidup organisme yang sekarang menjadi fosil. Dengan mengetahui usia atau waktu, kita akan bisa menduga kondisi seperti apa ketika organisme itu hidup dulu, misal temperatur, air, dan lain-lain. Dugaan itu bisa menjadi sebuah batasan bagaimana kemudian astronom merumuskan "definisi kehidupan".
Dari sudut pandang ilmu pengetahuan khususnya astronomi, tentu saja keberadaan kehidupan di luar Bumi menjadi pertanyaan yang sangat menggelitik sehingga menggugah rasa ingin tahu, karena alam semesta terdiri atas banyak galaksi-galaksi yang tersusun atas banyak bintang-bintang yang di antaranya juga banyak yang memiliki planet-planet dan bahkan telah ditemsukan planet-planet yang memiliki kemiripan dengan Bumi.
Dari sudut pandang ilmu pengetahuan khususnya astronomi, tentu saja penemuan tersebut akan memicu penyelidikan lanjutan karena pengetahuan tentang kehidupan di luar Bumi dapat membantu memahami tentang proses pembentukan kehidupan di alam semesta, misalnya dengan membandingkan kondisi bintang induk planet tersebut dengan Matahari, maupun membandingkan kondisi planet itu sendiri dengan Bumi.
Kehidupan cerdas yang dimaksud adalah kehidupan yang memiliki makhluk berintelegensia sepeti manusia yang mampu berkomunikasi. Oleh karenanya, jika seandainya terdapat kehidupan cerdas di luar Bumi maka diharapkan kita akan dapat berkomunikasi dengan makluk cerdas di planet tersebut.
Sejauh ini belum ditemsukan bukti konklusif mengenai keberadaan kehidupan di planet lainnya, khususnya kehidupan berintelegensia.
Kemungkinan itu tetap ada, selama kondisi di planet tersebut memenuhi syarat terbentuknya mikroorganisme. Selanjutnya, tinggal dicari buktinya dengan mencari sampel hidup atau sekadar fosil dari mikroorganisme tersebut.
Planet yang dapat dihuni manusia tentunya membutuhkan banyak prasyarat yang semirip mungkin dengan Bumi. Karena pengamatan dilakukan dari jauh, (bukan pengamatan in-situ yang mengunjungi planetnya), cukup sulit mendeskripsikan karakteristik planet secara detail. Hanya karakteristik umum saja yang dapat dianalisis, misalnya ukuran dan unsur. Dari analisis yang didapat, setidaknya saintis memiliki kandidat planet laik huni (bukan berarti pasti bisa dihuni manusia karena membutuhkan info yang lebih detail lagi). Dalam galaksi kita setidaknya ada 300 juta planet yang berpotensi berada dalam tempat laik huni (habitable zone)
Sejauh ini belum ada bukti konklusif keberadaan planet lain selain Bumi yang memiliki kehidupan berintelegensia namun tanda-tanda kehidupan berupa keberadaan air telah ditemsukan pada beberapa planet lain.
Selamat malam, terima kasih atas pertanyaanya. Saat ini pencarian tanda kehidupan di planet-panet di luar Tata Surya kita masih difokuskan pada bintang-bintang di Galaksi kita. Hal ini dikarenakan deteksi planet-planet ini tidak mudah karena sinyalnya sangat kecil. Namun tentu saja masih terdapat kemungkinan akan dapat ditemsukan tanda kehidupan di luar Galaksi kita.
Ini menarik sekali untuk dilakukan, namun kita belum memiliki tuntunan riset yang cukup untuk apa yang dicari sebagai indikator.
Pembahasan pertanyaan ini akan panjang, namun salah satunya, tentunya, hal tersebut akan menjadi capaian yang luar biasa bagi perkembangan ilmu pengetahuan umat manusia, khususnya di bidang astrobiologi. Sangat boleh jadi, kita akan memperbaharui lagi definisi terkait "Apa itu yang disebut "hidup"?". Misalkan, ternyata yang namanya "hidup" itu tidak perlu air. Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa hidup tanpa air? Apakah perlu alat bantu atau lingkungan tertentu? dst. Intinya, akan sangat hal menarik yang bisa kita kembangkan nantinya, baik dalam sisi sains maupun teknologinya.
Bisa terdapat molekul kompleks di benda langit bukan planet (asteroid, bulan, dan lain-lain) bahkan salah satu teori usul kehidupan di Bumi adalah dari asteroid/komet yang mencapai Bumi. Namun ada tidaknya unsur kehidupan di benda langit tersebut bergantung pada kondisi lingkungannya.
Planet-planet dekat Matahari rata-rata memiliki atmosfer yang tipis atau bahkan hampir tidak ada atmosfer. Berbeda dengan planet-planet yang jauh dari Matahari, memiliki atmosfer cukup tebal. Hal ini diperkirakan planet dekat Matahari banyak terpengaruhi oleh angin Matahari dan gravitasinya relatif lebih kecil daripada planet-palnet gas yang besar. Gravitasi yang besar memiliki gaya tarik yang besar untuk tetap mempertahankan atmosfer palnetnya
Betul, hingga kini hanya diketahui kemiripan elemen sepeerti di bumi saja.
Pada tahun 1960an, seorang ilmuwan bernama Frank Drake, mengusulkan perhitungan terkait kemungkinan ditemsukannya kehidupan lain di luar Bumi yang dikenal sebagai Persamaan Drake. Persamaan tersebut mempertimbangkan beberapa faktor yang dimulai dari berapa rata-rata laju pembentukan bintang dalam Galaksi kita. Lalu, di antara sekian banyak bintang yang terbentuk, berapa banyak yang punya planet? Lalu, di antara sekian planet tersebut, berapa yang dapat membentuk kehidupan? Seperti yang sedang dibahas di PVLM ini. Faktor-faktor dalam persamaan Drake ini bahkan bisa diekstensi ke kemungkinan adanya kehidupan sampai ke tahap peradaban cerdas dan dapat berkomunikasi seperti manusia. Banyak ilmuwan yang telah mengusulkan nilai persentase kemungkinan (probabilitas) tersebut dan masih diperdebatkan/dibahas lebih lanjut mengikuti perkembangan temuan-temuan terbaru terkait eksoplanet, evolusi bintang, dll. Intinya, probabilitasnya kecil, bisa jauh lebih kecil dari 1, tapi tidak sampai 0% (bukan sesuatu yang mustahil).
Agar kehidupan (seperti yang kita ketahui) dapat bertahan, terdapat beberapa faktor yang harus dipenuhi selain daripada keberadaan air. Meski begitu, sangat tidak menutup kemungkinan pada planet tersebut memiliki kehidupan yang barangkali berbeda dengan yang kita temui di planet Bumi.
Pada tahun 1977, sekelompok astronom di Amerika Serikat pernah mendapatkan sinyal pada gelombang radio pita sempit yang nampak mencurigakan, tidak seperti sinyal radio alamiah yang saat itu telah diketahui. Sinyal ini berupa lonjakan sinyal secara tiba-tiba lalu kemudian menghilang. Saat itu, orang-orang menyebutnya sebagai "WOW! Signal" dan diduga datang dari makhluk cerdas di luar Bumi (Extraterrestrial Intelligence). Namun, dugaan tersebut hingga saat ini belum dapat terkonfirmasi positif apakah betul-betul datang dari alien atau bukan. Bisa saja sinyal ini berasal dari satelit buatan yang saat itu lewat atau terdapat objek/fenomena astronomis baru yang belum diketahui sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut.
Setidaknya, planet-planet tersebut harus dapat memungkinkan air tetap ada dalam bentuk cair agar kehidupan, sebagaimana yang kita ketahui, dapat terbentuk. Untuk itu, planet tersebut harus memiliki atmosfer yang tekanan dan temperaturnya "pas" sedemikian rupa. Dengan adanya atmosfer, maka unsur-unsur organik seperti C, H, N, O, P, S dapat membentuk molekul yang lebih kompleks untuk menyokong kehidupan seperti O2, CO2, CH4, dll. Selain itu, perlu juga ada sumber energi yang berasal dari bintang induknya (seperti Matahari terhadap Bumi) agar kehidupan bisa berlangsung.
Sistem keplanetan bersama bintang induknya berasal dari nebula yang sama. Planet akan terbentuk saat temperatur sekitar bintang induk sesuai.
Betul, itulah yang masih menjadi pertanyaan bagi kita semua. Apakah ada kehidupan di tempat lain? Untuk mengungkapnya, manusia terus meneliti, bahkan hingga mengirimkan misi-misi antariksa untuk memeriksanya, salah satunya yang terbaru adalah misi Mars Perseverance. Misi ini dimanfaatkan untuk megecek tanda kehidupan yang mungkin pernah ada.
Pada umumnya bintang-bintang memiliki planet. Namun, belum diketahui dengan pasti proporsi bintang tersebut berapa banyak karena semua planetnya belum terdeteksi. Dapat dibayangkan ukuran planet jauh lebih kecil dari bintangnya sehingga mengamati planet di bintang lain cukup sulit. Jika diperkirakan, setidaknya satu bintang memiliki satu planet.
Memang ada wacana untuk menjadikan Mars sebagai rumah ke-2 bagi manusia. Beberapa perusahaan seperti SpaceX dan BlueOrigin berusaha menjadi pelopor dalam hal ini, begitu pula dengan NASA.
Ada beberapa wahana yang memang bertujuan mengambil sampel, baik itu asteroid maupun debu/gas di ekor komet (silakan cek misi OSIRIS-Rex atau misi Stardust). Kalau untuk nebula, karena posisinya sangat jauh, belum ada misi manusia yang sampai ke sana.
Sejauh ini belum ada percobaan yang melibatkan manusia secara langsung di Mars. Percobaan untuk simulasi hidup di Mars tetap dilakukan di Bumi. Ada beberapa percobaan terkenal seperti MARS-500 oleh Rusia, dilakukan antara 2007-2011. Saat ini data-data terus dikumpulkan menggunakan robot-robot yang dikirim ke Mars.
Cukup sulit untuk mengetahui jumlah pasti sampah antariksa yang mengorbit Bumi kita. Jumlah satelit buatan manusia sudah berada di kisaran ribuan, jadi setidaknya jumlah sampah antariksa juga pada kisaran yang kurang lebih sama.
Bisa, bahkan ini cukup menjadi masalah di sekitar Bumi. Satelit-satelit yang masih beroperasi bisa tertabrak dan rusak karena masih ada sampah antariksa yang mengorbit Bumi dengan kecepatan tinggi. Di Bulan sendiri kita meninggalkan sekitar 70 "kendaraan". Semakin sering kita eksplorasi ke planet dan benda langit di sekitar kita, maka semakin banyak juga sampah yang ditinggalkan.
Jezero Crater diperkirakan dahulunya merupakan sebuah danau dan air dari sungai-sungai di sekitarnya mengalir ke sana, bersama dengan mineral-mineralnya, ketika Mars masih mampu memiliki air. Alhasil, ada kemungkinan mikroba pernah hidup di sana. Jika benar demikian, jejak-jejak mikroba harusnya bisa ditemsukan di sana.
Sampel yang diambil oleh Rover Perseverance akan dikumpulkan di Mars untuk sementara waktu. Sampel-sampel tersebut akan dikirim ke Bumi menggunakan misi penerbangan ke Mars berikutnya pada masa depan.
Wahana Perseverance akan mengumpulkan sampel batuan Mars dan menyimpannya ke dalam tabung-tabung untuk nantinya dikumpulkan oleh misi penjelajah Mars di masa depan dan dikirim ke Bumi, lalu di Bumi akan dilakukan analisa yang mendalam terhadap sampel tersebut. Oleh karena itu kemungkinan kontak antara manusia dan sampel tersebut dilakukan ketika sampelnya sudah tiba di Bumi.
Citra M87 diambil oleh EHT (Event Horizon Telescope). EHT adalah kolaborasi internasional yang terdiri atas beberapa teleskop radio, yang memotret blackhole dengan teknik yang bernama VLBI (Very Long Baseline Interferometry), yaitu teknik mengamati satu objek dengan beberapa teleskop radio yang terpisah sangat jauh. Karena panjang gelombang radio memiliki panjang gelombang yang paling panjang dibandingkan dengan gelombang elektromagnetik lainnya, maka digunakanlah teknik interferometri ini untuk memperoleh resolusi citra yang tinggi dengan memanfaatkan "baseline" (jarak pisah spasial antarteleskop) sebagai diameter teleskop.
Teknologi terus berkembang dari hari ke hari dan semakin lama detail objek langit yang dapat dilihat oleh manusia semakin baik, termasuk citra lubang hitam. Sebagai contoh, citra lubang hitam supermasif di pusat Galaksi M87 yang terbaru adalah gambar yang memadukan data tahun 2019 (citra lubang hitam pertama yang dapat diabadikan) dengan data terbaru yang memperlihatkan garis medan magnet di sekitar objek tersebut.
Berdasarkan penelitian batuan meteorit yang berasal dari Mars, diperkirakan dulu terdapat air dalam bentuk cair di Mars walaupun bukan di permukaannya, melainkan sedikit di bawah permukaan. Seiring menipisnya atmosfer Mars, air ini menguap atau membeku menjadi es yang sekarang ada di kutub planet Mars. Sedangkan ada atau tidaknya kehidupan di planet Mars sedang dalam penelitian menggunakan rover Perseverance.
Sejak tahun 1960 hingga saat ini, telah ada kurang lebih 8 negara yang mencoba untuk mendaratkan wahana antariksa di permukaan planet Mars, beberapa diantaranya adalah Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Tiongkok.
Tujuan dari mempelajari rasi bintang atau kosntelasi yaitu untuk membantu kita membedakan antara satu bintang dengan yang lainnya. Pada malam yang sangat gelap, kita bisa melihat ribuan bintang, Membedakan bintang satu dan lainnya akan sulit. Tetapi, dengan adanya konstelasi kita akan lebih mudah mengelompokkan dan mengidentifikasi suatu bintang. Misalnya, kita melihat 3 bintang berurutan dan menyadari bahwa ketiga bintang tersebut merupakan sabuk Orion bagian konstelasi Orion, dengan itu kita juga bisa mengetahui bintang yang berada di sekitarnya. Selain itu, konstelasi dapat mempermudah kita untuk menentukan letak suatu objek di langit. Misalnya, letak galaksi Andromeda yang berada di rasi Andromeda atau pusat Galaksi Bima Sakti yang berada di sekitar rasi Sagittarius.
Lebih tepatnya adalah rasi zodiak merupakan sejumlah rasi dari 88 rasi yang ada di langit. Rasi-rasi zodiak pada dasarnya merupakan rasi-rasi yang dilalui Matahari terlihat dari Bumi sepanjang tahun.
Rasi adalah hasil imajinasi manusia untuk menghubungkan beragam bintang menjadi pola yang dikenali, mencakup area yang luas di langit, serta bisa terlihat dengan mudah sehingga bisa digunakan sebagai penunjuk arah. Gugus bintang, di sisi lain, terlihat kecil di langit dan mayoritas digabungkan menjadi bagian dari rasi sekitarnya sehingga tidak dijadikan acuan untuk menentukan arah.
Orang-orang zaman dahulu tidak memiliki banyak kegiatan hiburan di malam hari, tidak seperti zaman sekarang, semisal tayangan televisi ataupun internet. Salah satu yang sering mereka lakukan adalah mengamati langit malam. Oleh karenanya, mereka menjadi terbiasa melihat bintang di langit malam dan mengamati pola-pola di langit (rasi bintang) beserta perubahannya di langit dari waktu ke waktu. Rasi-rasi bintang biasanya diasosiasikan dengan berbagai objek atau sosok dalam kebudayaan ataupun kepercayaan setempat untuk membantu mereka dalam mengingat. Dengan demikian, mereka dapat membedakan bintang-bintang pada rasi yang berbeda dengan mudah.
Nama-nama bintang terang di langit biasa dinamai berdasarkan asosiasinya dengan rasi bintangnya. Misal, "Altair", yang berasal dari kata "Ath-Thayr" yang berarti "burung" dalam bahasa Arab, karena terdapat pengaruh astronomi Islam pada abad pertengahan. Nama ini diambil karena Altair berada pada rasi Aquila yang digambarkan sebagai burung Elang. Ada pula "Deneb", yang berasal dari kata "Dzanab" (bahasa Arab) yang berarti "ekor" karena berada pada ekor rasi Cygnus, rasi Angsa. Dan masih banyak lagi nama-nama rasi yang dinamakan dengan cara yang sama.
Ilmuwan Yunani dan Arab merupakan salah satu yang paling awal mempelajari dan memetakan bintang. Dokumentasi bintang dan rasi dari dua peradaban tersebut merupakan salah satu yang paling lengkap, oleh karena itulah nama modern bintang dan rasi sebagian besar diadopsi dari bahasa Yunani dan Arab.
Galaksi Bima Sakti menjadi istimewa karena menjadi rumah bagi Tata Surya, yang adalah rumah dari Bumi dan kehidupan di dalamnya. Selain dari sisi sebagai rumah kehidupan satu-satunya di alam semesta, Bima Sakti sendiri merupakan galaksi yang paling banyak dipelajari oleh para astronom karena sangat mudah diamati dari Bumi sehingga pengamatan dapat dilakukan secara mendetail.
Halo Matahari yang dilihat dari Bumi adalah hasil dari pembiasan cahaya Matahari oleh partikel es/air di atmosfer sehingga terlihat seperti pelangi yang melingkar. Sedangkan halo galaksi adalah bintang-bintang yang tersebar, gugus bola, serta gas dan debu yang menyelubungi galaksi.
Galaksi adalah kumpulan bintang dalam jumlah besar yang juga memuat debu, gas, dan materi lainnya.
Memang benar bahwasanya sejumlah galaksi teramati oleh para astronom sedang mengalami penggabungan, di antaranya adalah Centaurus A dan Antennae Galaxy. Dari hasil pengamatan tersebut, para astronom kemudian dapat menyusun teori mengenai mekanisme terbentuknya galaksi-galaksi di alam semesta.
Galaksi kita diyakini memiliki supermassive black hole. Hal ini diketahui dari gerakan bintang-bintang di pusat Galaksi.
Di daerah inti atau pusat Galaksi Bima Sakti terdapat bintang dan debu dalam jumlah yang sangat banyak dengan kerapatan tinggi. Selain itu, tepat di pusatnya, diperkirakan terdapat lubang hitam supermasif (supermassive black hole).
Karena jarak antara bintang-bintang relatif jauh, tata surya kita diperkirakan masih aman. Nantinya galaksi seperti menembus satu sama lain.
Selama badan Galaksi Bima Sakti dan Andromeda bertumbukan, bagian inti kedua galaksi berosilasi dan pada akhirnya menyatu.
Perbedaan struktur dan bentuk galaksi disebabkan oleh evolusinya. Beragam hal bisa terjadi selama galaksi berevolusi, seperti contohnya interaksi dengan galaksi lain. Salah satu contoh galaksi yang sedang berinteraksi adalah Galaksi Antena (Antennae Galaxies). Hal lain yang tentu terjadi adalah galaksi berotasi. Astronom-astronom berpendapat bahwa rotasi galaksi dan fenomena bernama "density waves" (fenomena yang dapat diibaratkan seperti riak pada air kolam) menyebabkan terbentuknya lengan spiral pada galaksi.
Hingga saat ini masih banyak galaksi yang belum dapat terdeteksi oleh teknologi yang ada. Galaksi-galaksi yang sudah dapat terdeteksi/teramati sekali pun belum semuanya telah dipelajari secara mendetail. Selain diperlukan waktu pengamatan yang panjang juga diperlukan fasilitas komputasi untuk menyimpan dan mengolah data pengamatan yang sangat banyak. Tentunya juga diperlukan banyak peneliti untuk mempelajari data-data pengamatan tersebut.
Pada dasarnya penemuan obyek baru astronomi akan seiring dengan kemampuan instrumen. Dengan demikian penemuan nebulae, penamaannya akan bergantung pada penemu atau nama teleskop/misi diikuti nomor atau koordinatnya.
Bisa, karena setiap galaksi memiliki medan gravitasi masing-masing. Jika mereka terlalu dekat atau terlalu kuat, maka gravitasi dari satu galaksi bisa menganggu galaksi lain hingga bertabrakan atau "mengacak-ngacak" galaksi lainnya. Galaksi-galaksi satelit, atau galaksi-galaksi lebih kecil yang mengorbit suatu galaksi lebih besar juga bisa mempengaruhi galaksi besarnya.
Betul, Awan Magellan Besar merupakan salah satu satelit galaksi kita, dan merupakan satelit terbesar dari galaksi kita. Ada kurang lebih 50 galaksi-galaksi kecil yg merupakan satelit galaksi kita.
Berdasarkan analisa gerak, yang paling mungkin membentuk lengan-lengan spiral adalah gerak rotasi pada piringan dengan distribusi gas bintang-bintang yang tidak merata di piringan, sehingga berangsur membentuk spiral.
Masa depan galaksi bergantung pada evolusi internalnya dan interaksinya dengan lingkungan. Bisa saja ia tak banyak berubah bentuk jika ia berevolusi tanpa interaksi dengan lingkungan. Namun jika interaksi dengan lingkungan cukup kuat, maka bentuknya bisa berubah.
Karakteristik bintang utamanya ditentukan dari besar massa bintang saat ia lahir. Umumnya di galaksi spiral seperti Galaksi kita terdapat bintang bermassa kecil hingga bermassa besar sehingga memiliki karakteristik yang berbeda. Namun pada galaksi elips, sebagian besar terdiri atas bintang-bintang bermassa kecil, sehingga memiliki karakteristik yang mirip satu sama lain.
Komposisi nebula bisa bermacam-macam, bergantung asal dari nebula tersebut. Nebula-nebula di awal alam semesta mayoritas didominasi oleh Hidrogen. Jika nebula tersebut berasal dari bintang2 tua yang berevolusi lanjut, maka nebulanya sudah dikotori oleh unsur2 berat seperti silikon, karbon, dll. Jadi komposisi nebula bergantung dari asal mula nebula tersebut.
Di Galaksi Bima Sakti masih terjadi pembentukan bintang-bintang baru. Daerah tempat bintang-bintang terbentuk dinamakan dengan "Star Forming Region", di dalamnya kaya akan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melahirkan bintang-bintang, seperti hidrogen, helium, dan unsur-unsur lainnya. Astronom memperkirakan setidaknya tiga bintang bermassa mirip dengan Matahari terbentuk setiap tahunnya di Galaksi kita.
Galaksi Bima Sakti diketahui bergerak mendekati galaksi Andromeda, dan diperkirakan akan mengalami tabrakan dalam waktu miliaran tahun yang akan datang.
Galaksi Bima Sakti dapat diamati secara langsung oleh mata telanjang. Bima Sakti dapat diamati sekitar bulan Maret sampai Oktober, sedangkan waktu terbaik untuk mengamatinya adalah sekitar akhir April hingga akhir Juli.
Pengembangan alam semesta merupakan pengembangan ruangwaktu dan terlihat signifikan untuk skala yang sangat besar dan memperlebar ruang diantaranya. Hanya saja untuk skala galaksi, pengaruh gravitasi masih terbilang kuat untuk mengikat isinya agar tidak diceraiberaikan oleh pengembangan alam semesta.
Galaksi mengorbit sesuatu bergantung apakah ia anggota gugus galaksi atau bukan. Jika anggota gugus galaksi, galaksi tersebut akan mengitari pusat massa gugus. Jika galaksi yang bukan anggota gugus, ia akan bergerak bebas.
Matahari adalah sebuah bintang dan ada banyak sekali bintang seperti Matahari bahkan di galaksi kita sendiri. Oleh karena itu, di galaksi lain juga ada banyak bintang seperi Matahari.
Posisi benda-benda di langit, termasuk galaksi lain, akan berubah akibat pergerakan Bumi mengitari matahari.
Setiap benda di alam semesta akan bergerak selama mereka tidak berada di absolut zero atau nol Kelvin. Begitu juga kasus galaksi, pergerakannya dipengaruhi oleh sejarah pembentukannya, lingkungan, gerak diri, dan juga ruangwaktu yang mengembang.
Jumlah objek di Galaksi Bima Sakti, khususnya bintang, dapat diperkirakan dengan beberapa metode. Namun tidak dihitung satu per satu karena objek yang sangat redup yang tidak dapat teramati dari Bumi tentunya tidak akan dapat dihitung karena tidak teramati.
Karena di galaksi lain ada bintang yang mirip dengan Matahari, kemungkinan besar juga ada planet yang serupa dengan Bumi. Tapi apakah planet itu berpenghuni atau tidak, belum dapat kita ketahui. Jarak galaksi lain sangat jauh dari Bumi, membuatnya sulit untuk dipelajari dengan teknologi yang ada saat ini.
Galaksi-galaksi ada yang sudah terdeteksi berinteraksi dan bertabrakan. Galaksi kitapun nantinya akan bertabrakan dengan Andromeda, kurang lebih 5 miliar tahun lagi. Kebanyakan ruang di alam semesta kita adalah void atau ruang kosong, benda2 terang yang kita lihat di alam semesta (seperti bintang, galaksi, dll atau disebut juga materi biasa (baryon)) persentasenya hanya sedikit di alam semesta (kurang lebih hanya 4 persen saja).
Tidak akan ada ledakan saat Galaksi Bima Sakti dan Galaksi Andromeda ketika bertabrakan. Karena jarak antarbintang yang jauh, kemungkinan bintang-bintang di dua galaksi tersebut bertabrakan akan sangat kecil. Yang terjadi setelah tabrakan galaksi kemungkinan besar adalah perubahan jalur orbit bintang-bintang saja.
Salah satu misi yang khusus untuk mempelajari Galaksi Bima Sakti adalah misi GAIA. GAIA bertugas mengukur jarak, posisi, dan gerak dari setiap bintang di galaksi kita untuk membangun model 3 dimensi.
Semua galaksi berotasi, namun ada galaksi-galaksi yang gerak rotasinya dominan (galaksi piringan dengan lengan spiral). Galaksi yang eliptik atau berbentuk seperti bola juga berotasi tetapi jauh lebih lambat, dan gerak bintang-bintangnya didominasi oleh gerak acak.
Kecepatan rotasi galaksi lebih dipengaruhi oleh massa totalnya daripada oleh banyak lengannya.
Mekanisme pembentukan bulge secara umum merupakan gabungan dari awal pembentukan galaksinya seperti bagaimana awal keruntuhan massa menjadi struktur di sekitar pusat, kemudian evolusi dinamis dari pergerakan bintang-bintang, dan juga pengaruh lingkungan.
Dengan mengasumsikan gugus bola harusnya tersebar secara sferis, maka melihat dari berbagai lokasi gugus bola kita bisa mengira-ngira pusat penyebaran gugus bola tersebut. Karena gugus bola di suatu galaksi harusnya mengorbit pusat galaksi, maka dari itu bisa dikira-kira posisi pusat galaksinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi bentuk morfologi sebuah galaksi, beberapa diantaranya adalah "keadaan" ketika pembentukan awal seperti besar massa awal, evolusi dinamika pengisi galaksi tersebut seperti gerak bintang, dan juga lingkungannya seperti merger.
Seperti halnya sistem lain (misalnya Tata Surya, ataupun bintang ganda), galaksi-galaksi juga bergerak mengelilingi suatu titik pusat massa di antara mereka. Titik pusat massa ini akan cenderung lebih dekat ke galaksi yang massanya paling besar dalam sistem tersebut.
Menurut sebuah penelitian menggunakan citra galaksi-galaksi serupa Bima Sakti yang diambil oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble, Bima Sakti bermula dari sekumpulan gas yang sangat banyak dan berbentuk sferis yang kemudian runtuh membentuk bintang-bintang. Pada masa 4 milyar tahun setelah Big Bang, Bima Sakti memproduksi 15 bintang per tahun. Selagi membentuk miliaran bintang, bagian bulge dan piringan galaksi terbentuk bersamaan. Pada akhirnya, Bima Sakti berbentuk seperti yang kita kenal sekarang. Terkait evolusi struktur spiral, masih banyak perdebatan apa yang menyebabkannya. Bima Sakti akan terus berevolusi dan pada suatu saat nanti akan bertabrakan dengan Galaksi Andromeda sehingga strukturnya akan berubah secara signifikan. Sementara itu, untuk galaksi spiral lain yang tidak bertabrakan dengan galaksi lain, evolusi lanjutannya adalah pembentukan bintang akan berhenti dan galaksi dapat berubah menjadi galaksi elips.
Galaksi tidak didistribusikan secara acak di seluruh alam semesta, tetapi dikelompokkan dalam kelompok yang terikat secara gravitasi. Bima Sakti merupakan bagian dari kelompok yang disebut Grup Lokal yang berisi sekitar 50 galaksi.
Untuk menentukan apakah suatu objek merupakan anggota Galaksi Bima Sakti adalah dengan mengukur jaraknya. Jika jarak suatu objek masih dalam cakupan diameter Galaksi Bima Sakti, maka objek tersebut masih merupakan anggota dari galaksi kita.
Ukuran galaksi dapat berubah. Jika galaksi-galaksi tersebut berinteraksi dan bergabung atau melakukan merger, maka gabungan galaksi tersebut akan berukuran lebih besar daripada galaksi awal pembentuknya.
Para astronom memperkirakan bahwa Galaksi Bima Sakti terbentuk sekitar 13,6 miliar tahun lalu.
Bintang-bintang di tepian galaksi berkecepatan cukup tinggi, membuat orang bertanya-tanya bagaimana itu mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa potensial gravitasi galaksi besar hingga ke tepian, yang berarti massa galaksi itu terdistribusi cukup besar hingga ke tepi, tidak hanya menumpuk di bagian tengah saja. Massa yang besar hingga ke tepi inilah yang menjaga bintang-bintang tidak lepas dari keseluruhan galaksi.
Penamaan galaksi kita dalam bahasa Indonesia tidak menterjemahkan dari nama bahasa Inggrisnya. Galaksi Bima Sakti ketika musim kemarau akan melewati zenith (tepat di atas kepala kita) dan membentang dari timur ke barat, terlihat seperti kaki yang menyangkangi Bumi. Masyarakat Jawa kuno melihat kabut galaksi kita ini sebagai kaki milik Bima (Werkudara), tokoh wewayangan dari cerita Mahabarata. Karena Bima adalah tokoh yang sakti, maka dinamakan Bima Sakti. Milky Way sendiri berasal dari mitologi Yunani.
Pusat massa atau titik berat adalah titik dimana berat keseluruhan benda berada. Seperti jungkat jungkit yang titik massanya adalah di tengah meskipun terdapat pemberat di kedua ujung. Untuk galaksi, benar pusat massa galaksi adalah "titik" yang diorbit objek di dalam galaksi, tetapi dia bukan titik, melainkan sebuah supermassive blackhole (lubang hitam sangat masif). Proses pembentukannya masih menjadi bahan studi, tapi salah satu teorinya mereka terbentuk dari runtuhnya awan antar bintang di awal alam semesta. Ada juga kemungkinan mereka terbentuk karena penggabungan dari lubang hitam-lubang hitam lainnya.
Galaksi Bima Sakti bertipe spiral, kalau dilihat dari pinggir/sejajar dengan galaksinya maka akan terlihat seperti piringan.
"Ujung galaksi" sebenarnya adalah bagian tepi dari galaksi, yang berlawanan dengan arah pusatnya.
Star cluster merupakan kelompok dari puluhan hingga jutaan bintang yang terikat secara gravitasi dan awal pembentukannya. Terdapat dua jenis star cluster, yaitu globular cluster dan open cluster. Di pusat sebuah globular cluster, bisa terdapat 100 - 1000 bintang per parsek kubik. Sedangkan, open cluster memiliki pusat dengan kerapatan bintang yang lebih renggang.
Memang sangat sulit untuk menggambarkan rumah kita sendiri dimana kita tidak dapat keluar untuk melihat bentuknya saking besarnya. Terima kasih karena kita diberikan pengetahuan dari apa yang dapat kita indra untuk kemudian memprediksi atau menggambarkan rumah kita sendiri. Pertama kita dapat mengukur jarak dari objek-objek langit, misal planet, bintang, kumpulan debu. Kemudian kita petakan lokasi mereka untuk melihat daerah mana saja objek-objek tersebut berkumpul. Di sisi lain kita juga bisa mengamati galaksi tetangga bagaimana bentuk mereka dan bagaimana objek-objek serupa dengan yang ada di galaksi kita berkumpul dan terdistribusi. Secara singkat dengan pengetahuan tersebut kita dapat menggambarkan Bima Sakti dengan baik.
Saat ini umur galaksi Bima Sakti sekitar 13,5 miliar tahun.
Nebula adalah awan gas, dan seperti awan di Bumi, bentuknya tidak sama dan terus berubah bergantung pada arah dan kecepatan gerak partikel gas di nebula tersebut. Bila seluruh nebula hilang dari alam semesta, maka tidak akan ada bintang yang dapat terbentuk karena nebula merupakan bahan dasar pembentukan bintang.
Warna yang terlihat ketika bulan berada pada fase umbra akan mengindikasikan kondisi dan kualitas udara/atmosfer di wilayah tertentu.
Gerhana bulan hanya terjadi pada sistem Matahari, Bumi dan Bulan sehingga fenomena ini hanya dapat diamati oleh pengamat di Bumi. Peristiwa serupa di planet lain, adalah tertutupnya cahaya Matahari oleh planet tersebut sehingga satelitnya tidak memantulkan cahaya ke planet tersebut.
Bentuk semu (atau yang teramati) benda langit akan sangat bergantung pada detektornya. Untuk kasus Bulan yang diamati oleh mata telanjang, maka Bulan akan berbentuk bulat. Tapi jika diamati oleh alat yang mempunyai resolusi lebih baik maka bulan akan menunjukkan kawah-kawahnya, sehingga bentuknya tidak lagi bulat sempurna.
Konfigurasi Gerhana Bulan Total (GBT) adalah Matahari, Bumi dan Bulan dalam satu garis "lurus". Pada posisi seperti ini efek gaya pasang yang besar menyebabkan kenaikan muka air laut sehingga jika ada sungai yang terdekat dan tersambung langsung ke laut maka muka airnya pun terpengaruh. Tapi karena ini adalah kondisi yang biasa terjadi layaknya ketika purnama, jadi akan baik-baik saja.
Konfigurasi Gerhana Bulan Total (GBT) adalah Matahari, Bumi dan Bulan dalam satu garis "lurus". Pada posisi seperti ini efek gaya pasang yang besar menyebabkan kenaikan muka air laut sehingga jika ada sungai yang terdekat maka muka airnya pun terpengaruh. Tapi karena ini adalah kondisi yang biasa terjadi layaknya ketika purnama, jadi akan baik-baik saja.
Jika warna bulan sudah berubah kemerahan maka pada saat itu sudah masuk totalitas dilihat oleh mata telanjang. Tentu saja didahului dan diakhiri oleh bentuk bulan yang berubah menjadi sabit dari bentuk purnamanya.
Gerhana Bulan muncul ketika konfigurasi posisinya adalah Matahari, Bumi, dan Bulan pada satu garis "lurus". Ada kondisi lain adalah konfigurasi tersebut terjadi berdekatan pada saat bidang orbit Bulan mengelilingi Bumi berpotongan dengan bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari. Sehingga cahaya Matahari tertutupi oleh Bumi dan bulan berada di dalam bayang-bayang Bumi.
Secara konfigurasi, gerhana bulan memiliki posisi yang mirip seperti posisi bulan purnama. Namun karena bidang orbit Bulan mengelilingi Bumi memiliki kemiringan sekitar 5 derajat terhadap bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari, maka hanya pada posisi dan waktu yang tepat saja gerhana ini akan terjadi.
Metode yang biasa digunakan adalah mencari titik potong bidang orbit Bulan mengelilingi Bumi dengan bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari, kemudian dihitung waktu terjadinya. Karena lama waktu terjadinya juga dapat dihitung dan mempunyai luasan daerah yang dilewati (hampir setengah belahan Bumi), maka daerah yang mengalami malam saat itu dapat mengamati fenomena ini.
Selain kita yang tidak bisa melihat Bulan Purnama seperti biasanya, tidak ada pengaruh fisik gerhana bulan terhadap Bumi.
Tidak ada pengaruh gerhana Bulan terhadap perubahan musim, karena gerhana Bulan hanyalah peristiwa ketika Matahari-Bumi-Bulan berada pada satu garis.
Pada dasarnya, gerhana adalah peristiwa ketika satu benda langit tertutupi oleh benda langit lainnya dari sudut pandang pengamat. Jika di Bumi sedang terjadi gerhana Matahari, belum tentu di planet lain mengalami hal yang sama, karena konfigurasi benda langitnya berbeda. Gerhana bisa terjadi di planet lain, selama ada benda langit yang menutupi benda langit lainnya. Bisa jadi gerhana Matahari terjadi di Bulan karena Matahari ditutupi oleh Bumi, ketika kita sedang mengamati gerhana Bulan. Rover Curiosity di planet Mars sempat mengabadikan gerhana Matahari di Mars.
Di adat Jawa, ketika gerhana Bulan terjadi, dipercaya Bulan "dimakan" oleh seorang Buta bernama Kala Rahu yang balas dendam terhadap Dewa Bulan, Bathara Soma. Kala Rahu terpenggal oleh Bathara Wisnu karena dilaporkan oleh Bathara Soma dan Bathara Surya, ketika ia berusaha meminum air yang memberikan keabadian bernama Tirta Amertha. Kepala Kala Rahu menjadi abadi dan tubuhnya jatuh ke Bumi sebagai lesung. Masyarakat akan menabuhkan lesung supaya Kala Rahu memuntahkan Bulan kembali. Di NTT, masyarakat di Manggarai percaya gerhana Bulan terjadi karena Bulan melenceng dari jalur biasanya. Mereka akan menabuh gendang dan menari-nari untuk meminta Bulan kembali ke jalurnya. Ini hanya dua dari beberapa kebudayaan lainnya, cerita rakyat dan mitologi mengenai gerhana Bulan ada banyak di adat-adat lainnya.
Naluri hewan terkena dampak efek gerhana Bulan dan gerhana Matahari, terutama gerhana Matahari. Hewan aktivitasnya pada umumnya bergantung pada siklus gelap-terang. Naluri mereka memberitahu mereka kapan harus melakukan sesuatu bergantung apakah langit gelap atau terang. Gerhana total, terutama Matahari, akan "menganggu" aktivitas mereka karena yang seharusnya masih terang, tiba-tiba gelap, atau tiba-tiba menjadi lebih gelap. Hewan nokturnal bisa tiba-tiba muncul ketika gerhana Matahari total, dan hewan-hewan yang biasanya beraktivitas di siang hari merasa mereka harus beristirahat karena sudah gelap. Seakan-akan "tertipu" dengan gelap-terang yang tiba-tiba berubah.
Nilai L dipengaruhi oleh kondisi atmosfir Bumi. makin banyak partikel penyerap (misal waktu ada gunung meletus), makin sedikit cahaya matahari yang lolos dari atmosfir Bumi dan menerangi Bulan, sehingga bulan terlihat makin gelap (skala L makin kecil)
Jika ada pengamat yang ada di Bulan, maka dia akan melihat gerhana Matahari, karena piringan Matahari ditutupi oleh Bumi.
Fenomena-fenomena astronomis bisa diprediksi karena ada keteraturan atau pola. Pola tersebut bisa dikenali biasanya setelah hasil pengamatan yang sangat panjang (bisa ratusan bahkan ribuan tahun). Dari pola tersebut dapat dibuat dibuat perhitungan atau model, kemudian prediksi dicocokkan dengan pengamatan berikutnya. Hasi pengamatan yang baru akan memperbaiki ketelitian perhitungan.
Astronomi sebetulnya sangat erat dengan kehidupan sehari-hari, zaman dahulu, benda-benda langit banyak digunakan untuk navigasi yang tentunya sangat penting untuk manusia. Hingga saat ini pun posisi benda-benda langit juga masih banyak digunakan untuk navigasi orientasi satelit, dan satelit sangat diperlukan di era modern saat ini. Aktivitas Matahari juga sangat mempengaruhi satelit sehingga mempelajari aktivitas Matahari juga sangat erat dengan kehidupan modern saat ini. Dari sisi budaya dan keagamaan, ada banyak hari-hari penting yang ditentukan berdasarkan benda langit.
Fenomena gerhana Bulan antara lain dapat digunakan untuk mempelajari kondisi Bulan secara tidak langsung. Gerhana Bulan juga dapat digunakan untuk mempelajari keadaan atmosfer Bumi.
Yang pertama adalah saat bulan berada pada fase bulan mati karena pada fase tersebut permukaan Bulan yang terkena cahaya Matahari tidak mengarah ke Bumi. Faktor yang lain adalah cuaca di Bumi, mendung dapat menghalangi cahaya Bulan.
Gerhana bulan memerlukan konfigurasi tertentu yaitu Bumi berada di antara Matahari dan Bulan. Konfigurasi ini dipenuhi saat bulan purnama, sehingga hanya terjadi saat bulan purnama. Namun tidak setiap bulan purnama terjadi gerhana bulan karena bidang orbit Bulan dan Bumi tidak tepat berhimpit.
Fase puncak gerhana terjadi ketika permukaan Bulan tertutup oleh bayangan Bumi yang paling gelap. Daerah bayangan ini relatif lebih kecil dibandingkan daerah bayangan Bumi seluruhnya sehingga berlangsung lebih singkat.
Akibat gerak Bulan mengelilingi Bumi, maka permukaan Bulan yang terkena cahaya Matahari tidak selalu sama, sehingga bentuk Bulan terlihat berubah-ubah yang kita sebut sebagai fase Bulan. Fase Bulan selalu berulang diawali dengan fase bulan baru yaitu ketika Bulan berada di antara Matahari dan Bumi. Saat bulan baru permukaan Bulan yang terkena cahaya Matahari tidak menghadap ke Bumi sehingga Bulan tidak terlihat. Gerhana bulan terjadi saat bulan purnama, yaitu saat Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga bulan terlihat seperti lingkaran penuh. Namun perlu diingat bahwa tidak di setiap fase bulan purnama terjadi gerhana bulan.
Tidak ada pengaruh peristiwa gerhana bulan pada planet-planet lain di Tata Surya. Fenomena gerhana bulan merupakan fenomena yang dapat dinikmati oleh kita di Bumi. Terima kasih.
Jika kita sedang berada di permukaan bulan, kita akan merasakan gelap karena cahaya matahari yang datang akan terhalang oleh Bumi. Selain itu, akibat gerhana bulan, temperatur permukaan bulan akan sedikit menurun. Namun durasi gerhana relatif singkat sehingga hal ini tidak terlalu mempengaruhi temperatur rata-rata bulan. Terima kasih
Orbit Bumi juga akan terganggu. Bulan juga dikenal sebagai tameng Bumi dari asteroid. Bisa dabayangkan kalau Bulan tidak ada
Gerhana Bulan aman untuk dilihat mata. Sedangkan gerhana Matahari sebagian berbahaya karena masih ada cahaya Matahari yang diterima Bumi. Kalau fase gerhana Matahari total aman untuk dilihat oleh mata karena cahaya Matahari betul terhalang oleh Bulan
Pada umumnya dampak saat Bulan purnama atau gerhana Bulan adalah adanya pasng surut akibat tarikan gravitasi Bulan
Lebih dari 2000 tahun lalu manusia sudah bisa memprediksi gerhana. Dahulu gerhana sudah dicatatkan sehingga periodenya dapat diketahui, sekitar 18 tahunan yang dikenal sebagai Siklus Saros. Semakin modern, semakin akurat waktu prediksinya.
Beberapa di antara hal yang bisa dipelajari dari peristiwa gerhana Bulan adalah: melalui Gerhana Bulan Total kita dapat mengetahui kualitas udara sekitar dari kenampakan Bulan saat fase total gerhana berlangsung yang dikarakterisasi ke dalam skala Danjon, analisa lebih mendalam tentang bayangan Bumi yang terlihat menutupi Bulan dapat memberikan informasi yang akurat tentang jarak Bumi-Bulan-Matahari saat itu serta ukuran masing-masing benda.
Gerhana Bulan aman untuk diamati menggunakan mata telanjang, karena terangnya Bulan tidak seberbahaya sinar Matahari jika dilihat secara langsung. Berbeda dengan gerhana Matahari, meskipun Bulan menutupi Matahari, mengamati gerhana Matahari tanpa pelindung (kacamata gerhana) berbahaya bagi kesehatan mata.
Pada malam-malam biasa ketika terjadi Bulan purnama terjadi, cahaya Bulan akan mengalahkan sinar dari bintang-bintang di langit, namun ketika terjadi gerhana Bulan, langit akan menjadi lebih gelap sehingga bahkan bintang-bintang redup menjadi dapat diamati, atau dengan kata lain objek langit akan lebih terekspos.
Jika planet memiliki lebih dari satu buah satelit, maka dapat terjadi gerhana untuk masing-masing satelit tersebut, dengan catatan konfigurasinya harus cocok agar bayangan planet menutupi permukaan satelit.
Permukaan Bulan tidak gelap sempurna karena sinar Matahari masih bisa sampai ke permukaan Bulan berkat pembiasan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi. Akibat pembiasan ini, sinar Matahari yang tiba di permukaan Bulan adalah sinar pada panjang gelombang merah, sehingga permukaan Bulan tampak berwarna merah.
Saat gerhana Bulan hal yang menarik yang bisa diamati adalah tentu saja prosesi terjadinya gerhana tersebut. Mulai dari Bulan memasuki penumbra Bumi, Umbra bumi, fase puncak, hingga Bulan purnama kembali bercahaya seperti sedia kala, masing-masing menyuguhkan pemandangan yang amat menarik. Selain itu, akibat cahaya bulan yang redup, kita dapat mengamati bintang-bintang redup yang sebelumnya tidak dapat diamati karena terhalangi oleh terangnya Bulan purnama.
Gerhana terjadi karena konfigurasi garis lurus yang dibentuk oleh Matahari-Bumi-Bulan. Meskipun Merkurius dan Venus terletak lebih dekat ke Matahari, kedua planet tersebut tidak akan menghalangi terjadinya gerhana apabila tidak berada dalam satu garis lurus dengan Matahari, Bumi, dan Bulan karena karakteristik orbit masing-masing planet. Tetapi, terdapat kondisi di mana Merkurius atau Venus melintas di antara Matahari dan Bumi yang dinamakan dengan transit.
Cuaca berperan penting dalam pengamatan astronomi. Apabila cuaca cerah dan tidak berawan, objek langit akan dapat diamati dengan mudah. Sebaliknya, jika cuaca mendung, berawan, atau hujan, kemungkinan objek langit yang diamati akan terhalang oleh kondisi cuaca tersebut. Selain itu, kondisi atmosfer bumi atau kualitas udara akan berpengaruh pada warna yang terlihat ketika bulan berada pada fase umbra. Semakin banyak debu di atmosfer, semakin gelap bulan yang terlihat dan semakin baik kualitas udara/sedikit debu di atmosfer maka semakin merah bulan yang terlihat karena partikel debu yang menghalangi lebih sedikit.
Gerhana Bulan terjadi pada malam hari dengan konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan, sehingga daerah yang tercakupi gerhana tentu dapat melihat Bulan di malam hari saat terjadinya gerhana (apabila kondisi cuaca mendukung).
Semua bagian Bulan yang menghadap Bumi (yang memang biasa terlihat saat Purnama) dapat terlihat, hanya saya ada saat2nya berwarna merah/gelap, ada saatnya terlihat jelas, bergantung pada momen2 gerhananya
Gerhana Bulan Total terjadi pada saat fase Purnama. Tentu permukaan Bumi akan sedikit gelap dari biasanya (dibanding ketika tersinari Purnama), pada saat totalnya, namun perbedaan gelap ini tidak sesignifikan ketika Gerhana Matahari Total.
Dalam setahun, rata-rata bisa terjadi kira2 2-3 kali gerhana Bulan, total maupun parsial
Bulan dan Matahari hanya bisa terlihat berdekatan ketika Bulan berada pada fase bulan baru, karena Bulan akan berada di antara Matahari dan Bumi. Peristiwa gerhana Bulan yang terjadi hari ini hanya bisa terjadi pada fase purnama, yaitu saat Bumi berada di antara Bulan dan Matahari atau dengan kata lain, Bulan dan Matahari terlihat pada jarak paling jauh di langit dilihat dari permukaan Bumi. Maka dari itu, dapat dipastikan bahwa berita tersebut adalah berita bohong/hoax.
Durasi fase U2 bisa berbeda tergantung dengan lintasan Bulan selama berada di bayangan umbra Bumi. Contohnya seperti yang terjadi hari ini, lintasan Bulan yang agak ke tepi bayangan umbra Bumi menyebabkan lama fase U2, yakni lama piringan Bulan sepenuhnya berada di bayangan umbra Bumi, menjadi lebih pendek daripada biasanya. Bila di lain waktu Bulan melintasi bagian tengah umbra Bumi, maka durasi fase U2 akan lebih lama daripada yang terjadi hari ini.
Untuk tahun 2021, hanya akan ada yang dapat disaksikan dari Indonesia yakni gerhana Bulan sebagian pada tanggal 19 November 2021. Kalau untuk gerhana Matahari, masyarakat Indonesia baru bisa menyaksikannya tahun 2023 dalam bentuk gerhana Matahari parsial/sebagian. Bila ingin tahu lebih lanjut perihal perkiraan jadwal gerhana yang dapat disaksikan di Indonesia, silakan mengakses web www.timeanddate.com.
Istilah "blue moon" digunakan untuk menyebut dua fenomena berikut: Bulan purnama kedua dalam satu bulan kalender Masehi dan Bulan purnama ketiga dalam satu musim (di wilayah yang mengalami 4 musim) yang terdiri dari 4 Bulan purnama, padahal normalnya, satu musim hanya memiliki 3 Bulan purnama (karena secara astronomis, satu musim dari semi, panas, gugur, dan dingin, hanya berdurasi tiga bulan saja). Jadi istilah tersebut bukan berarti Bulan akan berwarna biru. Secara lebih umum, sebutan tersebut diartikan sebagai "sesuatu yang sangat jarang/hampir mustahil terjadi", karena memang kondisi yang sudah dijelaskan di atas sangat jarang terjadi. Sementara itu, istilah "blood moon" digunakan untuk mendeskripsikan warna Bulan yang kemerahan saat gerhana Bulan total.
Pada gerhana Bulan, bintang dapat terlihat ketika Bulan memasuki fase totalitas. Biasanya, karena Bulan sangat terang, apalagi saat fase purnama, bintang-bintang di sekitar piringan Bulan tidak dapat teramati.
Nama-nama yang digunakan untuk menyebut bulan purnama sebagian besar diadopsi dari buku Old"s Farmer Almanac yang merupakan catatan sejarah milik berbagai suku yang tinggal di benua Amerika. Pada dasarnya, setiap kebudayaan memiliki ciri tersendiri dalam penamaan bulan purnama.
Gerhana Bulan selalu bertepatan dengan bulan purnama, oleh sebab itu Bulan akan tampak lebih besar.
Setiap hari Bulan memang bergerak menjauhi Bumi sedikit demi sedikit. Ketika jaraknya sudah cukup jauh, mungkin saja konfigurasi gerhana tidak bisa terpenuhi sehingga gerhana Bulan tidak terjadi lagi. Namun, itu baru akan terjadi miliaran tahun lagi ketika Bulan berjarak cukup jauh dari Bumi.
Setiap gugus bintang yang sudah diketahui minimal memiliki nama berdasarkan kode katalog yang sesuai (misalkan gugus yang didata dalam katalog Messier akan diberi nama "M" dan angka urutan objek). Terkadang ada juga gugus yang memiliki nama bukan kode katalog (contoh: Gugus Ptolemy [M7], Gugus Kupu-kupu [M6], dll.) yang mayoritas diberikan berdasarkan penampakannya di langit yang mirip dengan objek yang sudah diketahui.
Beberapa survei langit mengindikasikan bahwa kemungkinan besar, setiap bintang memiliki planet yang mengelilinginya. Hal ini juga berlaku pada bintang anggota gugus.
Gugus bola terdiri dari bintang-bintang tua. Gugus bola terbentuk saat alam semesta masih dini dan masih terdiri dari unsur-unsur ringan (belum banyak unsur berat). Seiring waktu terjadi evolusi kimia dimana unsur unsur berat terbentuk di inti bintang, kemudian saat bintang berevolusi lanjut dan melontarkan massanya, unsur berat ini akan mengotori materi antarbintang di sekitarnya yang mengakibatkan bintang yang terbentuk selanjutnya akan mengandung unsur berat yang lebih banyak.
Seperti bintang-bintang pada umumnya, Matahari diperkirakan lahir bersama bintang-bintang lain dari sebuah awan pembentukan bintang. Namun, hingga saat ini belum ditemsukan bintang-bintang lain yang kira-kira adalah saudara-saudara dari Matahari kita, dan hal ini menjadi salah satu permasalahan yang selalu menarik perhatian para astronom.
Gugus Bola memiliki anggota dengan bintang-bintang usia tua yang telah menghabiskan bahan bakarnya sehingga suhunya lebih rendah.
Blue stragglers adalah bintang yang lebih biru daripada kebanyakan bintang tua di suatu gugus, biasanya ada pada gugus yang rapat. Diduga blue stragglers ini adalah bintang baru yang terbentuk akibat tumbukan dua bintang tua. Ini mungkin jika bintang-bintang berada di dalam gugus yang rapat.
Bintang anggota gugus diperkirakan dapat terlepas dari gugus tersebut apabila mengalami gangguan. Gangguan ini dapat berupa gangguan gravitasi karena berlintasan dekat dengan bintang lain, atau akibat proses supernova bintang lain di dekatnya. Cahaya dari sebuah gugus juga dapat meredup akibat bintang anggotanya yang kehabisan bahan bakar lalu kemudian mati.
Gugus bintang terbentuk dari awan antarbintang yang sama sehingga umumnya gugus bintang terdiri dari bintang-bintang yang usianya relatif sama. Jika ada anggota gugus (bintang) yang berevolusi lanjut, misalnya meledak, maka akan menyebabkan gelombang kejut. Jika ada awan sisa di dekat bintang tersebut, maka bisa jadi akan terbentuk bintang-bintang baru.
Karena satuan tahun cahaya merupakan satuan jarak dimana definisinya adalah jarak yang ditemspuh oleh kurir informasi atau cahaya selama satu tahun. Maka dapat disimpulkan jika kita menerima cahaya dari objek pada jarak tersebut, sebenarnya cahaya tersebut berangkat dari tempat asalnya 6000 tahun yang lalu. Contohnya, jika seseorang ingin mencoba mengonversinya maka 1 tahun cahaya = satu tahun diubah ke detik dikalikan kecepatan cahaya 300000 km per detik.
Kalau melihat bentuknya saja, bisa. Gugus Palomar 5, contohnya. Ia gugus bola, namun fotonya terlihat lebih seperti gugus terbuka. Hal tersebut karena gugusnya tercerai berai. Sebagian besar bintang-bintang anggotanya sudah terlontar keluar oleh gaya pasang-surut Bimasakti. Kalau bentuknya ada kemungkinan, meskipun sangat jarang.
Itu estimasi yang baik sekali. Dan memang, semua benda-benda di angkasa bergerak, sehingga ada kalanya mereka berinteraksi dan membentu lubang hitam. Di bagian inti galaksi besar, biasanya ada lubang hitam supermasif. Di inti gugus bintang--gugus bola, diperkirakan ada lubang hitam yang massanya besar, mungkin tidak cuma satu. Apakah mereka bisa bergabung lagi? Bisa, dan sudah ada buktinya. Lubang hitam dengan lubang hitam, lubang hitam dengan bintang neutron, bintang neutron dengan bintang neutron. Mereka bisa saja terjadi. Apalagi jika gugus bola menembus bidang galaksi yang banyak bintangnya. Probabilitas terjadinya interaksi semakin tinggi. Namun, probabilitas tinggi untuk gugus bola bukan berarti akan banyak hal tersebut terjadi, kemungkinan besar hanyalah 1 per mil, karena kebanyakan ruang kosong di gugus bola. Secara probabilitas bisa terjadi.
Untuk tiap gugus kita pelajari terang/redup bintang-bintang anggotanya, juga suhunya, dan juga kandungan kimianya. Dari analisa ini kita bisa memperkirakan umur bintangnya. Bintang yang cenderung berwarna biru, panas, dan kandungannya belum beragam (hanya hidrogen dan helium saja) sangat boleh jadi itu bintang muda. Yang berwarna merah, kadang sudah beragam kandungan kimianya, mungkin sudah panjang umurnya. Umur gugus mengikuti umur bintang yang mayoritas.
Gugus Bola memiliki anggota dengan bintang-bintang usia tua yang telah menghabiskan bahan bakarnya sehingga suhunya lebih rendah.
Jika kita mengingat bahwa gugus bintang itu berisi bintang-bintang dengan jumlah yang sangat banyak dan memiliki variasi massa yang berbeda, maka evolusinya akan sangat berbeda. Dengan demikian, maka kemungkinan menemukan lubang hitam relatif lebih besar dibandingkan dengan mencari pada sistem bintang ganda atau single. Pertanyaannya apakah bintang-bintang sekitarnya akan terhisap? jawabannya tidak. Jika melihat jarak pisah antar bintang serta pengaruh gravitasinya, tentu tidak akan terjadi penghisapan itu. Kalaupun ada benda yang mendekat maka pengaruh gravitasinya akan membuatnya mengorbit objek lubang hitang tersebut. Karena gugus bintang sangat jauh dari Tata Surya kita, maka jika ada lubang hitam di sana, rasanya kita patut bersyukur karena tidak akan ada pengaruhnya pada rumah kita yaitu tata surya.
Bintang-bintang terbentuk dari nebula. Di dalam sebuah gugus terdapat juga nebula, artinya bintang baru bisa terbentuk dengan syarat nebula itu cukup panas untuk pembentukan bintang. Salah satu caranya saat ada bintang meledak atau membagikan massanya dengan bintang lain. Namun, pada umumnya bintang dalam sebuah gugus akan terlahir pada waktu yang relatif sama.
Ketika sebuah bintang raksasa yang meledak sebagai lubang hitam, sebenarnya total massanya berkurang. Massa lubang hitam dengan massa bintang sebelumnya lebih kecil sebenarnya. Jika bintang-bintang di sekitarnya tidak bisa tertarik ke bintang sebelum ia meledak, harusnya ia tidak akan tertarik ke lubang hitam tersebut. Orang sering bilang kalau lubang hitam tarikannya sangat kuat, namun hal tersebut kurang tepat. Tarikan gravitasi lubang hitam sangat kuat kalau berada di dekatnya. Jika jaraknya masih beberapa tahun cahaya, tidak akan sampai memakan bintang yang lain. Buktinya, Bumi kita ini selalu bergerak mengelilingi lubang hitam raksasa, yang massanya 4 juta kali massa Matahari. Kita sedang mengelilingi itu: massanya besar, gravitasinya besar, tetapi karena kita mengelilinginya, kita tidak akan jatuh. Yang menentukan apakah sesuatu tertarik ke lubang hitam bukan hanya massa dan tarikan gravitasinya, melainkan juga jarak dan kecepatan objek tersebut.
Pada umumnya terdapat batas seberapa besar bintang bisa mengembang. Sampai saat ini belum ada bintang yang memiliki ukuran sebesar gugus bintang, dan bintang yang sangat besar umurnya tidak akan panjang, sehingga mereka akan supernova terlebih dahulu sebelum terdapat perubahan drastis pada gugus. Jika terdapat bintang supermasif di suatu gugus, kemungkinan perubahan yang terjadi adalah terdapat lubang hitam di gugus tersebut. Untuk apakah perubahan tersebut bisa dilihat secara kasat mata bergantung pada jarak gugus dari Bumi kita. Jika jarak mereka jauh, maka tidak akan ada dampak pada Matahari dan Tata Surya.
Gugus terbuka kebanyakan tersebar bagian piringan Galaksi, bukan di dekat pusat Galaksi. Di pusat Galaksi sendiri terdapat Lubang Hitam Supermasif (Supermassive Blackhole) yang diberi nama Sgr A*, yang memiliki gravitasi sangat kuat untuk mempengaruhi dinamika objek-objek yang berada di sekitarnya. Namun, sejauh ini belum ditemsukan adanya gugus terbuka yang cukup dekat dengan Sgr A* tersebut.
Bintang-bintang yang berada di tepian galaksi masih bisa berpindah ke galaksi lain yang berpapasan dekat dengan dengan galaksi asalnya karena tarikan graivitasi yang besar dari galaksi yang lewat itu.
Dalam sebuah gugus bola, bisa terdapat 10 ribu hingga satu juta bintang anggota sedangkan dalam sebuah gugus terbuka, bisa terdapat ratusan bintang anggota. Di langit malam, terdapat sekitar 5 ribu bintang yang dapat kita lihat dengan mata telanjang, akan tetapi bintang di langit malam sebetulnya jauh lebih banyak dari angka tersebut.
Kita dapat membedakan satu bintang dengan bintang lainnya dari gugus terbuka karena jarak satu sama lainnya relatif berjauhan. Pada gugus bola yang sangat rapat mungkin akan kesulitan untuk melihatnya satu-persatu.
Penyebabnya adalah umur anggotanya. Gugus terbuka berisi bintang-bintang muda, sehingga unsur-unsur berat hasil fusi nuklir di inti setiap anggotanya masih sedikit. Di sisi lain, gugus bola berisi bintang-bintang tua yang banyak mengandung unsur-unsur berat akibat perbedaan unsur yang dihasilkan di inti anggotanya melalui fusi nuklir.
Planet yang terlepas ikatannya dari bintang pusatnya akan mengarungi galaksi sendirian dan boleh jadi akan bertemu dengan Tata Surya kita atau bergerak ke luar dari galaksi kita.
Gugus bola paling tua yang pernah ditemsukan berumur sekitar 12 miliar tahun.
Gugus bintang berisi bintang dalam jumlah jauh lebih tinggi dari rata-rata sehingga kemungkinan menemukan eksoplanet juga lebih tinggi. Selain itu, gugus bintang berisi gas yang kaya unsur kimianya.
Jika yang dimaksud adalah lensa gravitasi kuat, maka untuk mengetahui total massa yang menyebabkan pelengkungan atau splitting obyek latar belakang adalah dengan melakukan fitting model. Fitting model itu dengan cara mengasumsikan model sebaran massa obyek pelensa kemudian melakukan ray tracing sumber latar belakang dan dibandingkan citra yang terbentuk dengan hasil pengamatan. Semakin dekat kecocokkannya maka secara probabilitas kita dapat mengetahui seberapa besar efek lensa gravitasinya.
Hingga saat ini, model alam semesta yang cocok dengan hasil pengamatan adalah alam semesta memuai dipercepat. Ditambah saat ini pula, galaksi Andromeda dan Galaksi Bima Sakti diperkirakan akan bertabrakan dalam orde miliaran tahun lagi. Jadi, jawabannya adalah mungkin.
Untuk saat ini, materi penyusun materi gelap masih berusaha dikuak oleh para ilmuwan. Banyak sekali kandidat materi gelap yang diajukan dan dicocokkan dengan efeknya melalui pengamatan. Pengaruh materi gelap di skala galaksi adalah ada kasus kekurangan massa setelah melihat kurva rotasi bintang-bintang khususnya di galaksi spiral. Jika merujuk perhitungan Kepler, harusnya rotasi bintang yang memiliki radius lebih besar terhadap pusat akan menurun, tetapi dari fakta pengamatan malah terlihat mendatar. Hal ini yang mendasari bahwa kita kekurangan informasi massa yang tidak memancarkan radiasi elektromagnetik, yang kemudian disebut materi gelap.
Karena jarak objek-objek di alam semesta ini sangat besar, cahayanya butuh waktu untuk sampai ke Bumi. Skala waktunya hingga miliaran tahun. Kita bayangkan, untuk Matahari yang relatif dekat saja butuh waktu sekitar 8 menit agar cahayanya sampai ke Bumi.
Jika kita melihat komposisi alam semesta saat ini, diyakini bahwa kurang lebih 70% didominasi oleh dark energy, atau energi ruang vakum (dan hanya kurang lebih 4% saja materi seperti yang kita lihat). Jadi alam semesta kita saat ini didominasi oleh vakum.
Salah satu hal yang menarik tentang gelombang gravitasi adalah bahwasanya gelombang gravitasi tidak berinteraksi dengan hal-hal lain di alam semesta, artinya mereka dapat menjalar dari sumbernya tanpa halangan apapun, berbeda dengan foton gelombang elektromagnetik yang dapat menabrak foton lain, proton, elektron, dsb. Oleh karena itu gelombang gravitasi tidak akan terganggu oleh medan gravitasi Bumi. .
Cosmic Microwave Background atau sering disingkat CMB adalah reliks atau sisa radiasi dari tahap awal alam semesta. Dari pengetahuan fisika dan pengamatan astronomi diketahui bahwa alam semesta itu mengembang sehingga jika ditarik ke masa lalu ukuran alam semesta sangat kecil sehingga sangat kedap, panas, dan bertekanan tinggi. Keadaan ini yang membuat foton sebagai kurir informasi belum bisa menjalar. Ketika alam semesta mulai membesar dan mendingin maka foton itu mulai bebas menjalar ke penjuru langit yang kemudian kita sebut sebagai CMB.
Sejauh ini wormhole diduga ada dari perhitungan teoritis. Belum ada bukti observasi tentang adanya wormhole
Lubang hitam memiliki terminologi hitam, menunjukkan sifatnya yang masih misteri dan sulit diamati karena tidak memancarkan cahaya. Namun lubang hitam memiliki gravitasi yang sangat besar sehingga obyek-obyek seperti bintang akan mengorbit. Dengan menganalisis radius dan periode orbit, kita akan bisa mengetahui seberapa besar obyek yang dikelilinginya. Contoh fenomena seperti ini biasa ditemsukan di pusat galaksi, salah satunya di pusat Bima Sakti. Obyek yang tidak terlihat, mempunyai massa besar, dan melingkupi kawasan yang kecil merupakan sifat dari lubang hitam.
Lubang hitam hanya dapat menghisap materi yang jaraknya cukup dekat saja. Untuk benda-benda yang jaraknya cukup jauh maka lubang hitam bersifat seperti benda bermassa pada umumnya. Oleh karena itu, bintang-bintang yang cukup jauh dari lubang hitam di pusat Galaksi kita tidak terhisap tetapi bergerak mengelilingi lubang hitam tersebut. Pergerakan bintang-bintang mengelilingi lubang hitam di pusat Galaksi kita dapat digunakan untuk menetukan massa lubang hitam di pusat Galaksi kita.
Lubang hitam terbentuk dari bintang yang sangat masif atau bermassa sangat besar. Kemudian saat akhir hidupnya, bintang ini runtuh ke pusat dan meledak sehingga terbentuk objek sangat kompak. Karena massa yang besar ini lah gravitasinya besar pula.
Salah satu fisikawan terkenal, Stephen Hawking, mengatakan bahwa black hole juga bisa "menguap" dan menghilang (yang disebut sebagai radiasi Hawking). Detail mekanisme peristiwa ini bisa dibaca pada pekerjaan Hawking terkait radiasi Hawking.
Karena kejadian penggabungan tersebut terjadi pada jarak yang sangat jauh dari Bumi, maka "riaknya" atau efeknya sangat kecil sekali terhadap instrumen di Bumi. Itulah sebabnya untuk mendeteksi ini diperlukan instrumen khusus yang sangat sensitif terhadap "riak" dalam ruang ini.
Salah satu mekanisme yang mungkin bisa menghasilkan supermassive black holes atau SMBH adalah penggabungan dari beberapa back holes pada akhir evolusi bintang masif di sebuah gugus bintang yang cukup rapat. Singkatnya, proses terbentuk mereka berbeda, namun black holes di pusat galaksi terbentuk dari black holes hasil evolusi bintang-bintang masif.
Jika sudah menjadi katai putih, Matahari perlahan-lahan akan mendingin dan meredup menjadi sebuah objek yang dinamakan katai hitam. Jika tidak ada peristiwa seperti penggabungan dengan objek lain atau "dilahap" oleh sebuah black hole, katai hitam ini tidak akan menjadi apa-apa lagi.
Black hole terbentuk sebagai sisa ledakan bintang yang bermassa sangat besar. Black hole dapat "berkembang" karena menyerap materi di sekitarnya. Black hole juga bisa menggalami penggabungan dengan black hole lain membentuk black hole dengan massa yang lebih besar.
Ide dari keberadaan white hole berasal dari solusi untuk persamaan medan Einstein, hal serupa (solusi persamaan medan Einstein) juga merupakan ide awal keberadaan black hole. Meski begitu, berbeda dengan black hole, keberadaan white hole hingga saat ini belum terkonfirmasi melalui pengamatan.
Beberapa penelitian tentang black hole yang terbaru antara lain penelitian black hole tertua di alam semesta (primordial black hole) dan batas ukuran maksimum sebuah black hole.
Selamat malam dan terima kasih atas pertanyaannya. Benar sekali. Peristiwa supernova dapat diamati menggunakan teleskop optik. Supernova yang merupakan tahap akhir dari sebuah bintang masif melepaskan energi dengan sangat dahsyat pada berbagai rentang panjang gelombang, termasuk di dalamnya energi pada panjang gelombang optik. Sehingga menggunakan teleskop optik kita akan melihat betapa cemerlangnya supernova yang terjadi.
Untuk melihat Galaksi Bima Sakti dengan mata telanjang, sebaiknya dilakukan di tempat yang "bersih" dari polusi cahaya sebab Bima Sakti cukup redup. Untuk masalah ketinggian, pengamatan dapat dilakukan di ketinggian berapapun selama minim polusi cahaya dan cuaca cerah. Untuk waktu pengamatannya, Bima Sakti bisa teramati di atas horizon pada selamat langit malam (sejak Matahari terbenam hingga Matahari terbit), mulai dari bulan Februari hingga Oktober. Namun, waktu terbaiknya adalah sekitar bulan Juni - September, karena posisi Bima Sakti sudah cukup tinggi di langit sehingga mudah diamati.
Untuk daerah dengan polusi cahaya tinggi, salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan Light Pollution Reduction (LPR atau CLS) filter. Filter ini tersedia untuk berbagai diameter lensa DSLR yang beredar di pasaran saat ini.
Teknik mengukur jarak dalam astronomi ada bermacam-macam. Untuk jarak-jarak "dekat" bisa menggunakan paralaks trigonometri. Untuk jarak yang lebih jauh bisa menggunakan bintang variabel, Supernova tipe Ia (supernova pada bintang ganda), atau dengan hukum Hubble.
Pada dasarnya semua rasi bintang dapat dilihat secara langsung tanpa alat bantu, karena mayoritas, secara historis, mereka "dibuat" oleh peradaban kuno sebelum diciptakannya teleskop. Bahkan rasi bintang digunakan sebagai penanda perubahan musim atau penanda arah. Untuk saat ini, kembali pada kualitas langit di tempat pengamatan, karena mungkin ada bintang-bintang yang lebih redup yang jadi tidak bisa dilihat secara langsung. Namun bintang-bintang terang yang membuat rasi-rasi bintang harusnya bisa dilihat menggunakan mata telanjang.
Pengamatan pada panjang gelombang yang berbeda dapat diartikan bahwa pengamatan yang dilakukan menyasar ke unsur yang berbeda di objek tersebut. Di dalam sebuah objek astronomis, unsur-unsur penyusunnya terdiri dari berbagai jenis atom yang berbeda (seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, dll.), serta jumlah dan sebaran yang berbeda. Hal-hal tersebut menyebabkan penampakan suatu objek astronomis berubah pada panjang gelombang yang berbeda.
Aplikasi Stellarium ataupun Star Tracker dapat digunakan untuk membantu kita dalam mengamati objek-objek di langit dengan menyesuaikan pengaturan lokasi dan waktu yang digunakan. Aplikasi semacam ini menggunakan data astronomis yang valid untuk mendeteksi melalui sistem sensor yang terdapat pada perangkat terkait objek-objek yang dapat teramati pada suatu arah langit dan waktu tertentu.
Pada umumnya, objek-objek antariksa memiliki pola penamaannya tersendiri, seperti posisinya, waktu ditemsukan, jenis objeknya, urutannya pada katalog dan sebagainya. IAU (International Astronomical Union), perkumpulan astronomi internasional, memiliki beberapa program yang berkaitan dengan menamai objek-objek antariksa sehingga memilik nama yang khas. Salah satunya "NamingExoWorlds", yaitu masyarakat di seluruh dunia diberikan kesempatan untuk menamai eksoplanet (planet-planet di luar Tata Surya) dan bintang induknya yang telah terkonfirmasi. Beberapa negara ikut serta dalam program ini, salah satunya Indonesia. Nama eksoplanet dengan istilah Indonesia yang telah diresmikan adalah "Noifasui" dan bintang induknya bernama "Dofida", yang diambil dari bahasa Nias.
Keberadaan awan membuat atmosfer tidak transparan dan menghalangi cahaya bintang untuk dapat kita lihat dari Bumi. Semakin tebal awan yang menutupi, semakin bintang tidak terlihat hingga akhirnya tidak terlihat sama sekali.
Jika dilihat dari planet lain (yang sama-sama anggota Tata Surya), bentuk gugus bintang akan serupa karena jaraknya yang sangat jauh dari Matahari. Praktisnya, jarak gugus tersebut dengan Bumi sama dengan jaraknya dengan planet lain di Tata Surya. Jika planet tersebut ada di sistem bintang lain, kemungkinan polanya akan berbeda dengan yang terlihat di Bumi.
Malam ini kita akan lihat bersama-sama gugus bintang melalui teleskop yang dipandu para pengamat. Jika ingin mengetahui apakah ada gugus bintang yang terlihat lain waktu, bisa lihat https://stellarium-web.org/ dan bisa cari dengan ketikkan M. Nanti akan muncul pilihan cluster/gugus.
Betul, kemungkinan itu satelit.
Salah satu cara untuk membedakan rasi bintang dan gugus bintang dengan mata telanjang adalah, rasi bintang memiliki sebuah pola tertentu hasil dari imajinasi manusia. Terdapat 88 rasi bintang resmi yang sudah diakui oleh IAU yang polanya sudah diketahui. Jarak antar bintang pada sebuah rasi pun biasanya tidak terlalu dekat jika dilihat oleh mata telanjang, dan biasanya bentuk dari rasi terlihat lebih luas. Sedangkan, gugus bintang tidak memiliki pola tertentu, dan biasanya terlihat seperti sekumpulan bintang yang sangat berdekatan, rapat, dan biasanya ukurannya terlihat lebih kecil.
Salah satu gugus bintang yang paling mudah dikenali dan diamati mengunakan mata telanjang adalah gugus terbuka Pleiades atau Lintang Kartika. Gugus ini terletak di rasi Taurus dan dapat diamati selama beberapa waktu ke depan sejak tengah malam sampai pagi hari di arah timur.
Bisa saja, asal perbedaan lintang satu pengamat tidak terlalu jauh dengan pengamat lain. Posisi lintang menentukan belahan langit mana yang bisa dilihat (misal, bila di lintang utara, maka bisa melihat langit belahan utara, sementara lintang rendah seperti di ekuator bisa melihat mayoritas kedua belahan langit). Yang perlu diperhatikan juga adalah bila kedua posisi pengamat ada di bujur berbeda (berhubungan dengan zona waktu), karena bisa saja yang satu sedang mengamat gugus tersebut di malam hari sementara pengamat lain sedang mengalami siang hari.
Gugus bintang dan bintang relatif berada di posisi yang sama satu sama lain sehingga kita bisa melihat gugus bintang dan bintang terbit dan terbenam. Terbit dan terbenam objek ini disebabkan oleh rotasi Bumi.
Salah satu supernova yang pernah terjadi dan dapat dilihat oleh mata telanjang yaitu SN 1054 yang terjadi pada 4 Juli 1054 (tercatat oleh astronom arab dan tiongkok). Saat itu seluruh Bumi dapat melihat sebuah objek yang sangat terang di langit pada arah rasi Taurus, saat itu ledakan supernova tersebut lebih terang dari Bulan lalu perlahan memudar selama dua tahun. Saat ini, sisa ledakan tersebut dikenal sebagai Nebula Kepiting.
Energi dari sebuah supernova sangat besar sekali, yang biasanya menyebabkan bintang tersebut menjadi terang berkali-kali lipat dari terang sebelumnya. Terangnya supernova ini apakah terlihat mata atau tidak dari Bumi tentu saja bergantung beberapa hal seperti: jarak supernova tersebut, kapan terjadinya, dsb. Dalam banyak kasus, supernova bisa dilihat dengan mata, bahkan ada beberapa yang bisa terlihat di siang hari. Jika ada bintang di dekat peristiwa tersebut, bintang tersebut akan "terganggu", bisa buyar (jika terlalu dekat jaraknya) ataupun mengalami kehilangan massa.
Kenampakan bintang akan terbatas di daerah yang dikenai polusi cahaya. Cobalah untuk mematikan lampu sekitar di tempat Anda mengamati langit dan usahakan berada di balik bayang-bayang agar pandangan ke langit tidak silau. Cara lain, yaitu memotret bintang dengan waktu bukaan lensa yang cukup lama agar cahaya bintang terkumpul lebih banyak. Saat memotret, tentunya polusi cahaya di langit akan ikut ditingkatkan pula
Saat ini bintang yang paling terang jika dilihat dari bumi tentu Matahari. Tetapi, pada malam hari bintang yang terlihat paling terang adalah bintang Sirius yang terletak di rasi canis Major, diikuti oleh bintang Canopus (bintang paling terang kedua), kemudian Rigil Kentaurus (bintang paling terang ketiga).
Bintang tampak terang karena memancarkan cahaya, sedangkan planet tampak terang karena memantulkan cahaya. Efek kelap-kelip atau seeing disebabkan atmosfer Bumi. Bintang tampak lebih berkelap/kelip karena jarak bintang yang sangat jauh dibandingkan jarak planet dari Bumi.
Retakan di Mars bernama Valles Marineris. Retakan ini terbentuk akibat adanya patahan di lapisan kerak Mars. Ukurannya yang sangat besar disebabkan oleh erosi dan runtuhnya dinding retakan tersebut.
Menurut hasil penelitian yang ada, disebutkan bahwa di masa lalu, planet Mars memiliki kandungan air dan disinyalir layak bagi kehidupan. Namun astronom belum mendapatkan gambaran apakah kehidupan tersebut sama seperti kehidupan di Bumi.
Salah satu alasan mengapa Mars dapat dijadikan sebagai objek terraforming yaitu keberadaan air dalam bentuk es di Mars dan sejarah geologisnya menunjukkan bahwa Mars pernah memiliki atmosfer yang mirip dengan Bumi. Akan tetapi, dengan teknologi yang ada saat ini, masih kurang memungkinkan untuk melakukan terraforming di Mars.
Jawabannya tidak. Cincin Saturnus merupakan batuan dan bongkahan es kecil-kecil yang berasal dari objek yang pecah di masa lalu. Sebagian besar cincin Saturnus berada di bawah "batas Roche" (sekitar 2,5 jari-jari Saturnus). Sehingga gaya pasang surut yang disebabkan gravitasi Saturnus akan mencegah bagian dari cincin untuk membentuk bulan.
Secara garis besar sudah disinggung oleh Pak Taufiq tentang cincin Saturnus. Cincin Saturnus berapa batuan dan bongkahan es kecil-kecil yang berasal dari objek yang pecah di masa lalu. Material batuan dan es yang bersifat sebagai pemantul cahaya juga jumlah dan kerapatannya yang cukup tinggi menyebabkan cincin Saturnus relatif lebih mudah diamati dibanding dengan cincin di planet lain. Secara tidak langsung cincin akan memberikan pengetahuan seberapa besar massa dan gravitasi di Saturnus.
Jupiter diklasifikasikan sebagai planet karena tidak memenuhi syarat sebagai bintang, salah satunya yaitu objek yang memancarkan cahayanya sendiri yang berasal dari reaksi fusi di dalam intinya.
Ya, dahulu Mars memiliki air dalam bentuk cair, bahkan pengamatan beberapa tahun ini menunjukkan air dalam bentuk cair masih ada di Mars, meskipun tidak sebanyak dulu. Jika Bumi senasib dengan Mars, Bumi mungkin tidak mampu menompang kehidupan seperti yang kita ketahui saat ini.
Penelitian mengungkap bahwa Enceladus diperkirakan memiliki samudera di bawah permukaannya. Selain itu, di kutub selatannya, ada lontaran air. Berdasarkan penelitian ini dan pengukuran molekul-molekul yang ada dalam lontaran air tadi, juga dengan membandingkan kondisi lontaran air tersebut dengan keluarnya uap air panas melalui celah-celah di dasar laut di Bumi yang menjadi habitat organisme, dikatakan bahwa Enceladus mungkin bisa memiliki kondisi yang mendukung kehidupan. Hanya saja, sampai saat ini tidak ditemsukan bukti kehidupan di Enceladus.
Untuk menjadi planet, satelit harus mengitari matahari, bukan planet induknya. Jadi, bukan tidak mungkin salah satu satelit besar Jupiter berubah status menjadi planet, tetapi memerlukan benturan dari objek yang sangat masif untuk memindahkan orbitnya tanpa jadi hancur. Ini kondisi/syarat yang amat sulit untuk dipenuhi.
Percobaan yang dilakukan Perserverance Rover milik NASA berhasil membuat oksigen menggunakan karbon dioksida di Mars. Pertama, karbon dioksida dihisap ke dalam mesin melalui filter dan dikompres agar mirip dengan kondisi Bumi. Kemudian, gas tersebut diolah menggunakan teknik elektrolisis dengan memanasinya hingga 800 derajat Celcius. Karbon dioksida, yang terdiri dari dua atom karbon dan satu atom oksigen kemudian terpecah menjadi satu atom oksigen dan satu molekul karbon monoksida. Oksigen tersebut kemudian diisolasi dalam wadah khusus sebagai tahap akhir. Dalam satu jam, bisa dihasilkan 5.4 gram oksigen murni, kira-kira setara 10 menit udara yang bisa dihirup oleh manusia.
Planet terbesar di Tata Surya adalah planet Jupiter. Namun, planet yang memiliki satelit terbanyak adalah Saturnus (82 satelit). Jumlah satelit yang dimiliki setiap planet dapat saja berubah, baik bertambah (baru ditemsukan) maupun berkurang (terlempar atau jatuh masuk ke planet).
Faktor yang sangat mempengaruhi keberlangsungan satelit/bulan adalah planet yang ia kitari. Oleh karena itu, ketiadaan cincin Saturnus tidak akan banyak memberikan pengaruh terhadap satelit-satelitnya.
Menurut penelitian, sebagian besar aktivitas vulkanisme Mars berlangsung setidaknya 3-4 milyar tahun lalu. Namun, penelitian tahun 2021 mengungkap Mars masih mungkin aktif secara geologis hingga 50.000 tahun lalu. Terkait atmosfer Mars, komposisinya berbeda dengan Bumi, yakni 95% karbon dioksida, 3% nitrogen, 1.6% argon, dan gas-gas lainnya. Oxidant dan reductant terkait dengan pelepasan elektron dalam reaksi kimia. Terjadi transfer elektron dalam reaksi kimia. Oxidant menerima elektron dan karena dengan demikian dia disebut tereduksi (muatannya semakin negatif karena ketambahan elektron). Sebaliknya, reductant melepas elektron dan teroksidasi.
Selamat malam Tati, terima kasih telah bertanya. Batuan dari satelit Io memantulkan cahaya yang kemudian ditangkap oleh detektor di Bumi atau di satelit pengamatan dan diteruskan ke sebuah alat yang disebut spektrometer. Spektrometer ini yang kemudian mengurai cahaya tadi menjadi seperti "pelangi" yang kita kenal. Hasil penguraian cahaya tersebut akan mengandung pola tertentu yang menunjukkan komposisi kimia tertentu. Berdasarkan pengetahuan kita tentang kimia, maka kita tahu di Io itu unsur kimia apa yang terkandung di kerak atau batuannya.
Metana di Mars sangat sedikit untuk dapat berdampak. Sejauh ini, bahkan ilmuwan masih berusaha memecahkan misteri deteksi metana di Mars, seperti apa yang menghasilkannya, mengapa konsentrasinya sangat kecil di atmosfer, dan mengapa hanya dapat dideteksi ketika malam hari. Terkait radiasi di Mars, permukaan Mars menerima radiasi lebih banyak daripada Bumi karena atmosfernya yang lebih tipis. Tentu ini menjadi pertimbangan tersendiri terkait perencanaan misi-misi ke Mars.
Cara yang biasa dipakai untuk memperkirakan umur adalah dengan mengukur kelimpahan Carbon 14 yang terus meluruh dengan waktu. Salah satu cara yang lain adalah dengan merujuk pada berbagai kemungkinan asal unsur kimia tertentu (proses fisis yang relevan dan kondisi fisis), ini yang dikorelasikan dengan masa tertentu pada tahapan evolusi planetnya.
Satelit alami dapat terbentuk pula dari benda-benda yang dahulu berada di sekitar pembentukan planet atau benda yang melintas dekat planet sehingga terperangkap gravitasi planet. Pembentukan Bulan adalah pecahan Bumi merupakan dugaan terbaik yang dipikirkan oleh saintis saat ini. Mungkin saja pada masa yang akan datang dapat muncul dugaan lain. Lalu planet-planet gas memiliki satelit yang relatif padat berupa batuan dan es, sehingga dugaan satelit itu terbentuk dari pecahan planetnya sepertinya kecil kemungkinannya.
Jika kita tinjau secara interaksi dua benda, mungkin saja hal itu terjadi jika memiliki konfigurasi jarak yang pas. Meskipun begitu, sampai saat ini belum ditemsukan sistem seperti itu, hanya saja ada indikasi untuk kasus salah satu satelit Planet Saturnus memiliki orbit stabil yang dapat dikelilingi oleh bongkahan cincin Planet induknya.
Pada dasarnya, air merupakan senyawa dengan rumus kimia H2O di mana pun dia berada. Namun, zat yang terlarut dalam air sangat mungkin berbeda-beda. Bukan hanya antara air di Bumi dan (mungkin) Mars, tetapi air di berbagai daerah di Bumi pun memiliki kandungan yang berbeda. Misalnya air laut dan air sungai, di dalamnya terdapat zat yang tentu berbeda.
Astronom mengusulkan dua mekanisme untuk hal ini. Pertama, air menguap ke atmosfer Mars lalu terpecah menjadi unsur penyusunnya, yakni hidrogen dan oksigen, akibat radiasi angin Matahari. Hidrogen yang lebih ringan kemudian lepas ke angkasa karena tidak dapat ditahan gravitasi Mars. Kedua, air bisa saja terserap dan terkunci dalam molekul-molekul di batuan-batuan Mars.
Hingga saat ini telah banyak wahana antariksa tanpa awak yang dikirim ke planet Mars untuk mempelajarinya, bahkan ada wahana yang saat ini sedang melakukan survei di permukaan planet Mars. Dari hasil survei tersebut nantinya diharapkan dapat diketahui dengan lebih baik bagaimana eksplorasi wahana berawak dapat dilakukan. Sejauh ini yang diketahui untuk dapat tinggal di Mars dibutuhkan sistem pendukung kehidupan yang sangat kompleks.
Salah satu yang memungkinkan adanya kehidupan (seperti di Bumi) adalah keberadaan air dalam bentuk cair, yaitu pada habitable zone. Dalam beberapa misi terdapat tanda yang mengindikasikan bahwa Mars memiliki hal tersebut. Untuk meyakinkan ada tidaknya keberadaan makhluk hidup, dikirimlah misi-misi lanjutan, salah satunya Mars Perseverance
Sebenarnya Pluto masih berada pada posisinya dalam Tata Surya, mengorbit Matahari seperti biasanya. Hanya saja Pluto ini disepakati oleh para astronom dunia untuk diklasifikasikan sebagai "planet kerdil", bukan lagi planet. Sehingga kalau dulu di Tata Surya ada 9 planet sekarang menjadi 8 planet.
Venus menjadi planet terpanas di Tata Surya karena atmosfernya yang tebal dan terdiri dari karbondioksida. Gas ini sering disebut sebagai unsur rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global di Bumi. Seperti rumah kaca yang dapat menghangatkan tanaman, gas ini dapat memerangkap panas Matahari yang masuk sehingga tidak dapat dilepaskan kembali. Hal ini membuat planet memanas.
Guratan yang terlihat di permukaan Mars memiliki makna yang berbeda-beda. Jika guratan tampak cekung, kemungkinan pengaruh aliran air. Seperti di Bumi, saat kekeringan melanda, terdapat jejak aliran air yang tampak menggurat. Jika yang tampak berupa gundukan tanah, hal itu biasanya disebabkan oleh angin. Tentu saja semua variabel alam akan dialami oleh permukaan Mars. Namun, ada beberapa yang menjadi penyebab utama.
Komposisi planet sangat bergantung pada proses pembentukan Tata Surya di masa lalu. Ketika awal pembentukan Tata Surya, materi-materi yang lebih berat misal batuan, akan jatuh dan terkumpul di daerah pusat sedangan yang lebih ringan akan berada pinggiran. Materi yang di pinggiran itu karena berjumlah cukup banyak tetapi jauh dari pusat keruntuhan gravitasi maka akan runtuh menjadi planet gas seperti Saturnus, Jupiter, dan lain-lain. Kemudian mengenai warna itu mengindikasikan kandungan kimia dan ketebalan astmosfer Jupiter. Pola itu juga terbentuk karena perbedaan kecepatan rotasi menurut lintangnya.
Jupiter memang memiliki medan gravitasi yang kuat. Namun, planet ini berotasi sangat cepat dan memiliki medan magnet sangat kuat sehingga menyulitkan proses pemadatan.
Fitur yang mirip antara Bumi dan Titan adalah adanya "sungai" atau "danau", namun kandungan kimianya jauh berbeda.
Kampanye tentang polusi cahaya dalam taraf tertentu sudah digulirkan oleh Observatorium Bosscha, terutama di kawasan sekitar observatorium. Untuk skala yang lebih besar tentu saja memerlukan koordinasi dan kerjasama semua pihak, terutama pemerintah dalam menetapkan regulasi yang baik terkait polusi cahaya ini.
Walaupun kita berada di kota besar, kita masih bisa melihat Nebula Orion. Namun, kita harus mencari lokasi lapang yang jauh dari lampu. Usahakan tidak ada lampu yang terlihat di arah pandang kita ketika melihat Nebula Orion. Lalu, usahakan juga untuk mencari waktu ketika aktivitas di sekitar kita sudah berkurang, misalnya ketika tengah malam. Jadi, perlu usaha lebih untuk bisa melihat benda langit di kota berpolusi cahaya.