Pelaksanaan Seminar Astronomi “Perlukah Bergabung dengan VLBI Global Observing System (VGOS)”
Astronomi memiliki banyak sekali peluang untuk dapat dikolaborasikan dengan beragam keilmuan lain. Salah satunya adalah kolaborasi antara astronomi radio dengan geodesi yang dapat tercapai melalui proyek VGOS (VLBI Global Observing System). Berkaitan dengan hal ini, Observatorium Bosscha menyelenggarakan seminar yang bertajuk “Perlukah Bergabung dengan VLBI Global Observing System?” dan diisi oleh Prof. Dr. Taufiq Hidayat.
Seminar tersebut terselenggara secara bauran yang berlokasi di Wisma Kerkhoven - Observatorium Bosscha dan Zoom Meeting pada Jumat, 20 Mei 2022 pukul 09.30 WIB (seperti Gambar 1 dan Gambar 2). Acara yang dihadiri oleh sekitar 40 peserta dari berbagai instansi ini berlangsung selama 1,5 jam. Kegiatan dibuka oleh Premana W. Premadi, Ph.D. selaku kepala Observatorium Bosscha dan kemudian dilanjutkan oleh Prof. Dr. Taufiq Hidayat selaku pemateri. Pemaparan diawali dengan konsep VLBI serta penerapannya dalam astronomi dan geodesi, kemudian dilanjutkan dengan deskripsi proyek VGOS yang merupakan wadah pemanfaatan VLBI untuk riset geodesi, dan diakhiri dengan rincian hal-hal yang harus diperhatikan serta peluang bagi Indonesia untuk tergabung di dalamnya. Kegiatan diakhiri dengan tanya jawab dan diskusi dengan para peserta.
Sebagaimana judul dari seminar ini, Prof. Dr. Taufiq Hidayat menyoroti peluang Indonesia untuk dapat bergabung dalam proyek VGOS. Pertama, keberadaan teleskop radio di ekuator sangat dibutuhkan mengingat hanya ada satu stasiun teleskop radio di sekitar ekuator, yakni di Brazil. Kedua, posisi Indonesia diharapkan dapat mengisi kekosongan daerah ekuator untuk regional AOV (Asia-Oceania VLBI Group for Geodesy and Astrometry) yang merupakan subgrup dari IVS (International VLBI Service for Astrometry and Geodesy). Ketiga, ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk dapat ikut berkontribusi dalam jejaring teleskop radio internasional dan membuka berbagai kolaborasi multidisiplin pada masa mendatang. Terkait hal tersebut, beliau memaparkan pula beberapa kendala yang harus diatasi dalam penerapan proyek ini di Indonesia, seperti masalah infrastruktur yang mencakup ketersediaan kecepatan internet dan penyimpanan data serta pengaturan penggunaan frekuensi radio agar penggunaan komersial tidak tumpang tindih dan mengganggu pengamatan astronomi radio. Sebagai langkah awal, Prof. Dr. Taufiq Hidayat menyebutkan bahwa ITB telah menjalin kerjasama dengan SHAO (Shanghai Astronomical Observatory) yang ditandai dengan telah disusunnya MoU dan menempatkan kita menjadi peserta ketiga dalam rencana jaringan VGOS di Asia Tenggara bersama dengan NARIT (National Astronomical Research Institute of Thailand) dari Thailand dan Universitas Malaya dari Malaysia.
Kegiatan diakhiri dengan foto bersama hadirin di Observatorium Bosscha (seperti Gambar 3). Dari pemaparan yang telah diberikan, diharapkan keterlibatan Indonesia dalam proyek VGOS akan menjadi pembuka bagi kesempatan riset kolaborasi multidisiplin dalam skala nasional dan internasional serta mendorong pembangunan stasiun-stasiun teleskop radio baru di dalam negeri sebagai bentuk pemajuan riset astronomi radio Indonesia.