Hilal
Riset hilal di Observatorium Bosscha dilatarbelakangi fakta bahwa kurang berkembangnya metode pengamatan dan pengolahan data hilal di Indonesia. Bosscha sebagai observatorium astronomi dengan pengalaman yang paling mumpuni di Indonesia kemudian tergerak oleh rasa tanggung jawab untuk mendalami topik ini yang berhubungan erat dengan penentuan kalender Hijriyah yang digunakan untuk menentukan waktu pelaksanaan ritual-ritual keagamaan umat muslim di Indonesia.
Pada dasarnya, kendala dalam pengamatan hilal adalah kontras yang rendah, rentang pengamatan dan permasalahan cuaca. Sebagian besar upaya yang dikerahkan pada riset hilal berada pada ranah pengembangan sistem instrumen dan pengolahan data yang didesain agar kita dapat mengamati citra hilal dengan kontras serendah mungkin. Pada sisi instrumen, pengembangan sistem Baffle dimaksudkan agar cahaya yang masuk ke sistem teleskop hanya berasal dari area langit di sekitar Bulan saja, sehingga cahaya Matahari dari bagian lain di langit tidak ikut masuk dan mendominasi hasil pengamatan. Pemilihan filter Bessel I juga dilakukan untuk menaikkan kontras dengan meninjau fakta bahwa nilai kontras memiliki korelasi terhadap panjang gelombang pengamatan1. Sehingga filter I dengan panjang gelombang yang besar menghasilkan nilai kontras yang lebih baik. Selain itu, telah dilakukan juga pengembangan perangkat lunak Bosscha Image Control yang memudahkan pengamat untuk melakukan pencitraan hilal secara langsung.
Pada perkembangannya, penelitian hilal di Observatorium Bosscha berhasil bersaing pada skala internasional. Para pengamat yang tergabung pada tim riset ini telah berhasil mengamati hilal dengan elongasi di bawah 4 derajat. Citra hilal terdekat dengan Matahari berhasil diamati pada elongasi 3 derajat 40 menit busur dan sempat menjadi rekor dunia untuk beberapa saat, berbeda sedikit dari rekor dunia saat ini yang diamati pada elongasi 3 derajat 20 menit busur. Selama riset ini berlangsung, hilal dengan iluminasi di bawah 0,1% sudah berhasil diamati oleh tim observatorium. Selain itu, pengamatan bulan sabit tua dan muda pada siang hari telah berhasil dilakukan, ditambah dengan pengambilan citra Bulan tepat pada saat konjungsi. Pengembangan lanjutan yang dilakukan oleh tim riset hilal adalah melakukan penyempurnaan sistem Baffle yang dipasang sebagai pelengkap sistem teleskop serta merencanakan pengamatan di lokasi-lokasi yang lebih memadai untuk mendapatkan langit yang lebih cerah dengan tingkat uap air yang lebih rendah.
Muhammad Yusuf
Peneliti Utama Riset Hilal
m.yusuf[at]itb.ac.id