Ragam Gerhana Matahari

Fenomena gerhana adalah fenomena astronomi yang berkaitan dengan bayangan. Gerhana terjadi saat sebuah objek bergerak lewat di depan objek lain atau objek tersebut masuk ke dalam bayangan objek diamati dari permukaan Bumi. Untuk dapat terjadi gerhana, ketiga objek harus berada dalam satu garis, atau dikenal dengan terminologi sygyzy, yang berarti “terhubung bersama” dalam bahasa Yunani. Gerhana yang dikenal luas melibatkan Bumi, Bulan, dan Matahari.

Bagaimana Terjadinya Gerhana Matahari?

Gerhana matahari terjadi saat Bulan tepat berada di antara Bumi dan Matahari sehingga bayangan bulan jatuh ke sebagian permukaan Bumi (Gambar 1). Bayangan ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu umbra, penumbra, dan antumbra. Umbra adalah bayangan bagian dalam yang lebih gelap sedangkan penumbra adalah bayangan bagian luar yang tidak segelap umbra. Selain itu, antumbra adalah terusan dari umbra tetapi lebih terang (penjelasan lebih lengkap akan dibahas di subbab “Gerhana Matahari Cincin”).

 **Gambar 1.** Bayangan bulan oleh sinar matahari menghasilkan umbra (bayangan inti) dan penumbra (bayangan kabur). Ilustrasi tidak sesuai skala.
Gambar 1. Bayangan bulan oleh sinar matahari menghasilkan umbra (bayangan inti) dan penumbra (bayangan kabur). Ilustrasi tidak sesuai skala.

Gerhana Matahari Total

Daerah di permukaan Bumi yang berada di dalam umbra akan dapat menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT), saat piringan matahari tertutup seluruhnya oleh piringan bulan (Gambar 2). Seiring rotasi Bumi dan revolusi Bulan, bayangan umbra akan bergerak dari barat ke timur menghasilkan pita sempit di permukaan bumi yang dikenal dengan jalur totalitas. Daerah yang berada di jalur totalitas akan dapat menyaksikan Matahari perlahan masuk ke bayangan bulan. Saat itulah peristiwa gerhana matahari mulai terjadi. Peristiwa tertutupnya piringan matahari berlangsung perlahan selama kurang lebih satu jam hingga tiba pada fase totalitas gerhana, saat piringan matahari ditutupi sepenuhnya. Fase totalitas akan terjadi selama beberapa menit saja sampai perlahan Matahari meninggalkan bayangan umbra dan gerhana berangsur selesai.

 **Gambar 2.** Proses Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di Poso. Tampak fase gerhana yang dimulai dari sebelum (atas), saat (tengah), hingga setelah (bawah) totalitas.
Gambar 2. Proses Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di Poso. Tampak fase gerhana yang dimulai dari sebelum (atas), saat (tengah), hingga setelah (bawah) totalitas.

Gerhana Matahari Sebagian

Wilayah di permukaan Bumi yang berada di dalam penumbra akan dapat menyaksikan Gerhana Matahari Sebagian (GMS), yaitu saat piringan matahari tidak tertutup sepenuhnya oleh piringan bulan (Gambar 3) ketika fase maksimum gerhana. Wilayah lain di permukaan Bumi di luar penumbra tidak akan dapat menyaksikan gerhana matahari. Ada kalanya bayangan umbra tidak sampai di permukaan Bumi. Hal ini membuat hanya bayangan penumbra yang jatuh sampai ke permukaan Bumi sehingga akan terjadi Gerhana Matahari Sebagian tanpa ada Gerhana Matahari Total.

 **Gambar 3.** Gerhana matahari sebagian yang menjadi proses dalam Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019 di Tanjungpinang.
Gambar 3. Gerhana matahari sebagian yang menjadi proses dalam Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019 di Tanjungpinang.

Gerhana Matahari Cincin

Orbit Bulan mengelilingi Bumi berbentuk elips sehingga akan ada saatnya Bulan berada pada jarak terdekat dari Bumi (perigee) dan terjauh (apogee). Gerhana Matahari Cincin (GMC) terjadi ketika Bulan berada pada apogee (Gambar 4) sehingga membuat ukuran piringan bulan menjadi lebih kecil dibanding ukuran piringan matahari ketika dilihat dari Bumi (Gambar 5). Hal ini menjadikan piringan bulan tidak dapat menutupi piringan matahari sepenuhnya dan menyebabkan Matahari terlihat sebagai “cincin” saat mencapai fase maksimum gerhana.

 **Gambar 4.** Pembentukan bayangan bulan (umbra, penumbra, dan antumbra) saat Gerhana Matahari Cincin. Bayangan antumbra sampai di permukaan Bumi. Ilustrasi tidak sesuai skala.
Gambar 4. Pembentukan bayangan bulan (umbra, penumbra, dan antumbra) saat Gerhana Matahari Cincin. Bayangan antumbra sampai di permukaan Bumi. Ilustrasi tidak sesuai skala.
 **Gambar 5.** Proses Gerhana Matahari Cincin  26 Desember 2019 di Tanjung Pinang.
Gambar 5. Proses Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019 di Tanjung Pinang.

Gerhana Matahari Hibrida

Dalam sebuah kejadian gerhana matahari, ada kalanya jarak Bulan tertentu menghasilkan panjang bayangan umbra yang sampai di permukaan Bumi. Namun, bayangan tersebut tidak cukup panjang untuk sampai di bagian lain permukaan bumi sehingga hanya mendapatkan bayangan antumbra. Bila hal ini terjadi, gerhana dapat dimulai sebagai gerhana cincin kemudian berubah ke gerhana total, lalu berakhir kembali sebagai gerhana cincin. Gerhana ini disebut gerhana matahari hibrida (Gambar 6).

Gerhana matahari hibrida merupakan jenis gerhana yang jarang terjadi, sekitar satu gerhana per dekade. Hal ini karena jarak Bulan dan Matahari terhadap Bumi haruslah sesuai. Jika jarak Bulan dan Bumi relatif dekat, hanya umbra yang jatuh di permukaan Bumi, menciptakan gerhana matahari total. Sementara itu jika jarak Bulan dan Bumi relatif jauh, antumbra akan jatuh di permukaan Bumi dan menciptakan gerhana matahari cincin. Kendalanya adalah jarak terhadap Matahari dan Bulan yang terus berubah. Karena rentang jarak yang diperlukan agar terjadi gerhana matahari hibrida sangatlah sempit, sebagian besar konfigurasi gerhana tidak cocok untuk jenis gerhana ini.

 **Gambar 6.** Gerhana matahari hibrida terjadi saat bayangan umbra dan antumbra bulan menyentuh permukaan bumi secara bergantian dalam rentang waktu yang singkat. Ilustrasi tidak sesuai skala.
Gambar 6. Gerhana matahari hibrida terjadi saat bayangan umbra dan antumbra bulan menyentuh permukaan bumi secara bergantian dalam rentang waktu yang singkat. Ilustrasi tidak sesuai skala.
Ke Atas