Miskonsepsi Gerhana Matahari
Kesalahpahaman atau miskonsepsi sering mengiringi berbagai fenomena astronomi, salah satunya gerhana matahari. Pernahkah mendengar gerhana matahari total dapat membutakan mata, membahayakan janin dalam kandungan, atau sebagai pertanda buruk? Mari bahas hal ini satu-persatu.
Gerhana matahari total dapat membutakan mata
“Jangan keluar rumah saat gerhana matahari total karena cahayanya dapat membutakan mata.” Kata-kata ini sering didengar oleh sebagian masyarakat. Bahkan, mereka menutup pintu dan jendela rapat-rapat agar tidak ada cahaya Matahari yang masuk ke dalam rumah.
Saat fase totalitas, yaitu saat piringan Matahari benar-benar tertutup sepenuhnya oleh piringan Bulan di langit, akan tampak serabut cahaya tipis yang berada di sekitar Matahari. Ini adalah atmosfer terluar Matahari yang dinamakan korona. Cahaya korona yang redup tidak mampu menempuh jarak 150 juta km (jarak Bumi-Matahari) dan menembus atmosfer kita hingga membutakan mata. Silakan menikmati indahnya korona dengan mata secara langsung, tentunya hanya saat fase totalitas berlangsung saja.
Bagaimana jika kita melihat Matahari sesaat sebelum atau setelah fase totalitas? Cahaya Matahari masih sangat kuat meski sebagian besar piringan Matahari telah terhalangi oleh piringan Bulan. Jika kita melihat Matahari pada saat itu, cahayanya akan berbahaya bagi retina mata. Bagaimanapun, saat itu terjadi mata kita akan refleks menutup karena silau.
Gerhana matahari dapat membahayakan janin dalam kandungan
“Sembunyilah di balik selimut saat terjadi gerhana”. Hal itu kadang terdengar oleh ibu hamil dari sesepuh mereka. Dikatakan bahwa pancaran yang dihasilkan saat gerhana matahari dapat membuat bayi mereka terlahir dengan bercak atau tanda kehitaman.
Pancaran yang tampak saat gerhana matahari total hanyalah korona yang tidak berbahaya bagi tubuh ibu maupun janin. Ada pula pancaran lain yang dihasilkan oleh inti Matahari namun tidak terlihat oleh mata. Salah satunya, dihasilkan oleh reaksi fusi di inti Matahari. Reaksi ini menghasilkan banyak partikel yang dinamakan neutrino. Partikel ini terpancar ke luar Matahari dan menembus apapun yang dilaluinya meski itu benda padat. Artinya, saat gerhana matahari total terjadi, triliunan neutrino akan menembus Bulan dan bahkan menembus tubuh kita.
Faktanya, neutrino akan menembus tubuh kita setiap hari, baik siang maupun malam, tidak hanya saat terjadi gerhana matahari. Neutrino akan mengubah beberapa atom di dalam tubuh menjadi isotop yang berbeda setiap beberapa menit. Namun tak perlu khawatir, tidak ada efek yang berbahaya bagi tubuh, termasuk janin dalam kandungan.
Gerhana matahari sebagai pertanda buruk
Dalam sejarah, tercatat bahwa pada tahun 763 SM di kota Ashur (kini Qal’at Sherqat di Iraq) terjadi pemberontakan. Sekitar 4 abad sesudahnya, yaitu pada tahun 1133 M, raja Inggris Henry I meninggal. Kedua kejadian ini kebetulan bertepatan dengan gerhana matahari total sehingga seringkali disalahartikan bahwa gerhana matahari total menjadi pertanda buruk.
Kita mudah untuk mengingat dua kejadian jika terjadi bersamaan, namun mudah untuk melupakan kejadian lainnya. Psikolog menyebutnya sebagai Bias Konfirmasi (confirmation bias). Oleh karenanya, saat kejadian buruk bertepatan dengan gerhana matahari total mudah sekali untuk diingat. Padahal banyak kejadian buruk lain yang tidak bertepatan dengan gerhana matahari total, dan sebaliknya banyak pula kejadian baik yang bertepatan dengan gerhana matahari total.